Tuesday 27 October 2015

Sejarah singkat Imam Syafi’i (Bagian 3)

Ketekunan Imam Syafi’i Rahimahullah dalam Belajar
Muhammad bin Idris adalah seorang pemuda yang sangat rajin dalam belajar. Ia belajar dengan sungguh-sungguh dan tekun. Sebagai dimaklumi, beliau adalah seorang pelajar yang miskin, tidak mempunyai harta yang banyak untuk biaya belajar. Beliau seorang anak yatim di mana belanjanya hanya diberi oleh ibunya yang dalam serba kekurangan pula. Tetapi Imam Syafi’i rahimahullah mempunyai keyakinan bahwa menuntut ilmu itu tidak tergantung kepada kekayaan, tetapi hanya kepada kemauan yang keras. Anak-anak miskin yang keras hati lebih banyak yang maju dibanding dengan anak-anak yang kaya, yang biasanya suka malas. Beliau mengumpulkan tulang-tulang kambing atau tulang-tulang onta, yang biasanya banyak berserakan terutama sesudah orang-orang mengerjakan haji di Mina. Beliau mengumpulkan pelepah-pelepah tamar yang kering, beliau mengumpulkan tembikar dan batu-batu yang dapat ditulis dan beliau mengumpulkan kertas-kertas yang dibuang orang-orang kantor yang dapat ditulis Iagi. Beliau mendengar ucapan guru, dikte-dikte guru lalu menuliskan di atas bahan-bahan tadi sambil memperhatikan dan menghafalnya mana yang patut dihafal.

Penggunaan Masker Pada Asap Kebakaran Hutan



Komponen asap kebakaran hutan terdiri atas gas, partikulat dan uap. Masing-masing dari komponen asap tersebut memiliki dampak terhadap kesehatan. Sampai saat ini tidak ada satupun jenis masker/ respirator yang dapat memproteksi terhadap semua komponen gas dari asap kebakaran hutan.

Masker ataupun respirator didesain untuk mengurangi pajanan partikulet (PM). Berdasarkan penelitian/ literatur, masker bedah didesain untuk memfilter partikel yang besar tetapi tidak untuk partikel yang kecil, penetrasinya sekitar 60-70% partikel masih dapat masuk ke saluran napas.

Sehubungan dengan penggunaan respirator, terdapat banyak jenis respirator yaitu air purifying device dan air supplying device. Air purifying device memiliki beberapa jenis seperti N100, N95, R100, P100 dan lainnya yang didasarkan pada kemampuannya memfiltrasi partikel.

Jenis masker N95 merupakan masker yang cukup baik karena dapat menghalangi 95% partikel yang masuk (terutama PM 10) jika digunakan dengan teknik dan cara yang tepat (dibutuhkan individuality fit test). Berdasarkan beberapa penelitian, penggunaan masker N95 dan masker bedah tidak berbeda dari segi kejadian ISPA akibat pajanan asap kebakaran hutan. Hal ini berhubungan dengan teknik penggunaan masker N95 yang tidak tepat. Sehingga manfaatnya hampir sama dengan penggunaan masker bedah biasa. Jika digunakan dengan teknik dan cara yang benar, masker N95 dapat mengurangi gejala pernapasan yang timbul akibat pajanan asap kebakaran. Penggunaan masker N95 mempunyai keterbatasan berupa ketidaknyamanan penggunanya dan penggunaannya terbatas, yaitu maksimal hanya 8 jam (disposable). Berdasarkan literatur, penggunaan masker N95 direkomendasikan pada kondisi berikut ini, yaitu pada seseorang yang harus berada diluar ruangan saat kondisi asap cukup pekat (dilihat dari kualitas udara PM 10 atau ISPU), dan syaratnya harus dengan individual fit test agar kemampuan proteksinya terjamin dengan baik. Selain itu, penggunaan masker N95 tidak direkomendasikan pada anak-anak, Ibu hamil, Orang tua (lansia), pasien dengan penyakit kardiovaskuler, penyakit paru kronik serta untuk penggunaan di dalam rumah.

Sampai saat ini, penelitian tentang penggunaan berbagai jenis masker pada kondisi kebakaran hutan masih terus berjalan.

Disalin dari: http://www.depkes.go.id

Saturday 24 October 2015

Sejarah singkat Imam Syafi’i (Bagian 2)

Kembali ke Mekkah Al Mukarramah

Setelah usia Imam Syafi’i rahimahullah 2 tahun, ia dibawa ibunya kembali ke Mekkah al Mukarramah, yaitu kampung halaman beliau, dan tinggal di Mekkah sampai usia 20 tahun, yakni sampai tahun 170 H. Dalam angka 20 ini terdapat perbedaan-perbedaan dalam catatan sejarah, ada yang mengatakan sampai usia 13 tahun, ada yang mengatakan sampai usia 14 tahun, ada yang mengatakan sampai usia 20 tahun dan ada yang mengatakan sampai usia 22 tahun. Tetapi penulis buku ini sesudah memperhatikan dari bermacam-macam segi, agak condong berpendapat bahwa Imam Syafi’i rahimahullah tinggal di Mekkah sampai usia 20 tahun dan sesudah itu pindah ke Madinah al Munawwarah. Perbedaan angka ini tidak prinsipil, yang terang beliau tinggal di Mekkah di waktu kecil dan setelah muda remaia pindah ke Madinah.

Thursday 22 October 2015

Sejarah singkat Imam Syafi’i (Bagian 1)

Tahun dan Tempat Lahir

Nama asli dari Imam Syafi’i adalah Muhammad bin Idris. Gelar beliau Abu Abdillah. Orang Arab kalau menuliskan nama biasanya mendahulukan gelar dari nama sehingga berbunyi: Abu Abdillah Muhammad bin Idris. Beliau lahir di Gazza, bagian selatan dari Palestina, pada tahun 150 H. pertengahan abad kedua Hijriyah.
Ada ahli sejarah mengatakan bahwa beliau lahir di Asqalan, tetapi kedua perkataan ini tidak berbeda karena Gazza dahulunya adalah daerah Asqalan. Kampung halaman Imam Syafi’i rahimahullah bukan di Gazza Palestina, tetapi di Mekkah (Hijaz). Dahulunya ibu-bapak beliau datang ke Gazza untuk suatu keperluan, dan tidak lama setelah itu beliau lahir.

Sunday 18 October 2015

Ode Untuk Salim Kancil

Ode Untuk Salim Kancil
Jangan kau kira membunuhku mematikan aku
Jangan kau kira membekapku membungkam aku
Kau pikir langit diam membisu
Kau anggap bumi tak peduli dosamu
Jangan pernah kau sembunyi
Karena aku akan terus menghantui
Berjingkraklah senang sekarang
Tapi kau takkan pernah menang
Walau dengan seribu parang dan tendang
Salim memang namaku, tapi aku takkan pernah berdamai
untuk semua dosa yang telah kau tumpah
pada bumi ibu pertiwi dan semesta yang selalu memberi
di tanah ini nyawa kami bukan untuk dibeli
di tanah ini hidup kami bukan untuk kau curi
Salim memang namaku, tapi aku akan terus perangi
meski mati tubuh ini, meski hilang nyawa ini
aku akan terus meski hukum tak bersamaku
walau hanya tinggal sejengkal, walau hanya tinggal setetes
darah ini akan tetap melawan terus
kalian kumpulan begundal dan manusia-manusia jalang
Aku takkan menyerah, walau habis darah tertumpah
akan tetap melawan, akan tetap berperang
hingga adil seadil-adilnya mewujud meruah
menjadi berkah untuk tiap tetes airmata dan darah
Aku takkan menyerah, walau habis darah tertumpah
Salim namaku, bukan damai untukmu
Memang, hanya satu kata
Lawan!
Davisia
Jombang, 30 September 2015
"Ode Untuk Salim Kancil"