Dasar-Dasar Manajemen Sumberdaya
Manusia
Bab 1
Manajemen Sumberdaya Manusia: Sebuah
Perspektif Kontemporer
Perkembangan Manajemen Sumberdaya
Manusia
Perdebatan
mengenai Manajemen Sumberdaya Manusia telah berlangsung cukup lama, apakah hal
tersebut tidak lebih dari sekedar penamaan ulang dari manajemen personalia,
kritik ‘wine lama dalam botol baru’, atau sesuatu yang lebih fundamental
(Gennard dan Kelly, 1997; Legge, 1995). Sebagaimana yang telah kita ketahui,
secara tradisional, manajemen personalia berkonsentrasi pada aktivitas dari
para personil profesional, perserikatan dan sejumlah teknik-teknik operasional.
Sehingga manajemen personalia dilihat sebagai fungsi pemeliharaan-catatan
tingkat-bawah dan ‘pemeliharaan manusia’. Sedangkan stereotipe Manajemen
Sumberdaya Manusia berbeda, yang ditentukan sebagai hal yang lebih berkaitan
dengan strategi bisnis, dan hubungannya dengan strategi Sumberdaya Manusia,
dianggap bahwa Sumberdaya Manusia adalah sebuah, jika bukan sebagai, sumberdaya
organisasional yang paling penting. Oleh karena itu telah banyak pembahasan
mengenai ‘revolusi’ Manajemen Sumberdaya Manusia.
Storey menggagas Manajemen Sumberdaya
Manusia sebagai: keyakinan dan asumsi, kualitas strategis, peranan penting dari
para manajer dan perangkat-perangkat penting (lihat Tabel 1.1). Definisi
Manajemen Sumberdaya Manusia yang diberikan oleh Storey menekankan pada
seperangkat kebijakan tertentu yang sekarang ini diidentikkan dengan ‘manajemen
komitmen-tinggi’ atau ‘sistem kerja performa-tinggi’:
Manajemen sumberdaya manusia
adalah sebuah pendekatan berbeda terhadap manajemen karyawan yang berusaha
untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pemakaian strategis dari sebuah
tenaga kerja yang sangat berkomitmen dan cakap, menggunakan sekumpulan
teknik-teknik kultural, struktural dan personel yang terintegrasi. (Storey, 1995:
5)
Definisi yang berbeda diberikan oleh
Boxall dan Purcell: Manajemen Sumberdaya Manusia
mencakup segala hal dan semua hal yang terkait dengan manajemen hubungan
karyawan di dalam perusahaan. Kami tidak hanya mengaitkan Manajemen Sumberdaya
Manusia dengan model manajemen tenaga-kerja berkomitmen tinggi atau dengan
ideologi atau gaya manajemen tertentu manapun. (Boxall dan Purcell, 2000:
184).
Bacon
(2003) menekankan bahwa jika Manajemen Sumberdaya Manusia didefinisikan secara
eksklusif sebagai manajemen berkomitmen-tinggi maka subyeknya memarjinalisasi
dirinya sendiri terhadap pembahasan dari sejumlah kecil perusahaan-perusahaan
yang berbeda karena banyak sekali organisasi yang mengejar ‘jalur upah-rendah’.
Maka definisi ‘eksklusif’ di atas mengidentifikasi Manajemen Sumberdaya Manusia
secara berbeda dengan bentuk-bentuk lain dari manajemen tenaga-kerja (hubungan
industrial atau manajemen personel tradisional), sedangkan definisi inklusif yang
kedua mencakup semua bentuk manajemen tenaga-kerja (Bacon, 2003: 73).
Tabel 1.1
Model
Manajemen Sumberdaya Manusia yang baru
1. Keyakinan dan asumsi
Bahwa sumberdaya manusia yang
memberikan keunggulan kompetitif.Bahwa tujuan yang ada tidak boleh sekedar sesuai dengan aturan, tapi merupakan komitmen karyawan.
Oleh karena itu karyawan seharusnya, contoh, dipilih secara teliti dan dikembangkan.
2. Kualitas strategis
Dengan adanya faktor-faktor di
atas, keputusan-keputusan Sumberdaya Manusia adalah kepentingan strategis.Keterlibatan manajemen tertinggi sangat dibutuhkan.
Kebijakan-kebijakan Sumberdaya Manusia sebaiknya diintegrasikan ke dalam strategis bisnis – dibatasi dan bahkan berkontribusi darinya.
3.
Peranan penting manajer
Karena praktik Sumberdaya
Manusia penting bagi aktivitgaas inti dari bisnis yang ada, maka hal ini
menjadi tertalu penting untuk hanya ditangani oleh spesialis personel saja.Para manajer lini memang (atau diwajibkan untuk) terlibat secara erat sebagai penyampai dan pengendali dari kebijakan-kebijakan Sumberdaya Manusia.
Perhatian yang lebih banyak lagi diberikan pada manajemen dari para manajer itu sendiri.
4. Perangkat penting
Mengelola kultur adalah lebih
penting daripada mengelola sistem dan prosedur. Tindakan yang terintegrasi pada pemilihan, komunikasi, pelatihan, penghargaan dan pengembangan.
Penyusunan dan perancangan ulang pekerjaan untuk memungkinkan pembagian tanggung jawab dan pemberdayaan.
Sumber: Storey,
2007: 9
No comments:
Post a Comment