Teori Komunikasi Sirkular
Umpan balik dalam komunikasi massa mulai muncul dalam
teori komunikasi yang dikemukakan Melvin DeFleur (1970) yang memasukkan perangkat
umpan balik yang memberikan kemungkinan kepada komunikator untuk dapat lebih
efektif mengadaptasikan komunikasinya. Dengan demikian, kemungkinan untuk
mencapai korespondensi/kesamaan makna akan meningkat. Untuk menjelaskan
teorinya, DeFleur mengungkapkannya dalam bagan berikut.
Bagan DeFleur di atas telah memberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang fenomena komunikasi massa. Dalam hal komunikasi massa
surnber atau komunikator biasanya memperoleh umpan balik yang sangat terbatas
dari audiennya. Dengan demikian DeFleur menilai umpan balik dalam komunikasi
massa masih bersifat sangat terbatas.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan dengan semakin
banyaknya pilihan media massa ternyata teori komunikasi linear sudah tidak
cocok lagi menggambarkan fenomena komunikasi massa pada era kebebasan
informasi. Pukulan terberat diterima model komunikasi jarum hipodermik dan juga
teori Lasswell menyusul penelitian Paul Lazarsfeld dan kawan-kawannya dari
Columbia University pada Pemilu 1940 di Amenika Serikat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa media massa ternyata hampir tidak memiliki pengaruh sama
sekali. Masyarakat bukan lagi tubuh pasif yang menerima apa saja yang
disuntikkan ke dalamnya. Dengan kata lain keperkasaan media massa sebagaimana
yang digambarkan teori jarum hipodermik sudah tidak ada lagi. Teori jarum
hipodermik kemudian runtuh dan mulai ditinggalkan, setidaknya di Amerika
Serikat.
Tahap selanjutnya muncul pengakuan bahwa umpan balik itu
ada namun datang terlambat (delayed) sebagaimana teori DeFleur. Teori
ini melihat pada kenyataan ketika itu bahwa orang mencoba memberikan respon
terhadap apa yang disajikan media massa. Respon itu berupa komentar, pendapat,
pujian, kritik, saran dan sebagainya yang disampaikan secara tertulis melalui
surat yang ditujukan ke kantor surat kabar atau ke stasiun penyiaran radio atau
televisi. Teknologi komunikasi yang digunakan masyarakat ketika itu pada
umumnya baru berupa surat yang dikirim melalui kurir (kantor pos) yang relatif
lambat. Hal ini mengakibatkan tanggapan (feed back) atau respon dari penerima
pesan diterima terlambat, beberapa hari kemudian setelah surat kabar
diterbitkan atau suatu program siaran ditayangkan.
Perkembangan dewasa ini menunjukkan bahwa umpan balik
itu bisa bersifat langsung dan segera. Kecepatan umpan balik yang diterima
media penyiaran dan audiennya saat ini memiliki kecepatan yang sama sebagaimana
komunikasi tatap muka (interpersonal). Sesuatu yang tidak terbayangkan
sebelumnya.
Secara sederhana komunikasi massa didefinisikan sebagai komunikasi
melalui media massa yakni surat kabar, majalah, radio, televisi dan film. Salah
satu definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner
(1980) yang menyebutkan: “Mass communication is message communicated through
a mass medium to a large number of people” (Komunikasi massa adalah pesan
yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).
Komunikasi massa juga merupakan suatu pertukaran, yaitu
tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Dengan demikian
komunikasi massa juga bersifat transaksional yaitu tindakan pihak-pihak yang
berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima pesan.
Pada umumnya setiap individu memiliki kebutuhan mendasar
terhadap interaksi sosial. Berdasarkan pengalamannya. seseorang mengharapkan
bahwa konsumsi atau penggunaan media tertentu, akan memberikan sejumlah
pemenuhan bagi kebutuhannya. Hal ini akan membuatnya menonton acara televisi
tertentu, membaca artikel tertentu dalam majalah dan sebagainya. Dalam beberapa
kasus, aktivitas ini dapat menghasilkan suatu pemenuhan kebutuhan, namun pada
saat yang bersamaan aktivitas ini juga menciptakan ketergantungan pada media
massa tertentu. Dengan demikian, penggunaan media massa oleh individu telah
memberikan fungsi alternatif bagi interaksi sosial yang sesungguhnya.
Versi lain dari pendekatan uses and gratifications
ini dikemukan Karl
Erik Rosengren (1974) yang menyatakan bahwa:
Erik Rosengren (1974) yang menyatakan bahwa:
· Kebutuhan
mendasar tertentu dalam interaksinya dengan berbagai kombinasi antara karakteristik
intra dan ekstra individu dan juga dengan struktur masyarakat termasuk struktur
media menghasilkan berbagai kombinasi persoalan individu dan juga persepsi
mengenai solusi bagi persoalan tersebut.
· Kombinasi
persoalan dan solusinya menunjukkan berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau
penyelesaian persoalan yang menghasilkan perbedaan pola konsumsi media dan
perbedaan pola perilaku lainnya yang menyebabkan perbedaan pola pemenuhan yang
dapat mempengaruhi kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu yang
sekaligus akan mempengaruhi pula struktur media dan berbagai struktur politik,
kultural dan ekonomi dalam masyarakat.
Dengan demikian menurut Rosengren, kebutuhan individu
dianggap sebagai titik awal. Kebutuhan ini kemudian berinteraksi dengan karakteristik
individu bersangkutan dan kondisi-kondisi lingkungan sosialnya yang pada
akhirnya menimbulkan persoalan. Tingkat kerumitan persoalan akan berbeda antara
satu individu dengan individu lainnya. Hal serupa berlaku pula dalam persepsi
mengenai bagaimana persoalan tersebut dapat diselesaikan.
(Bersambung ke bagian 4)
No comments:
Post a Comment