MEDIA PENYIARAN DAN TEORI KOMUNIKASI
Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah
memungkinkan orang di seluruh dunia untuk saling berkomunikasi. Hal ini
dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan
sebagai sarana penyampaian pesan. Media penyaran yaitu radio dan televisi
merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien dalam mencapai audiennya
dalam jumlah yang sangat banyak. Karenanya media penyiaran memegang peranan
yang sangat penting dalam ilmu komunikasi pada umumnya dan khususnya ilmu
komunikasi massa.
Kemampuan media penyiaran untuk menyampaikan pesan
kepada khalayak luas menjadikan media penyiaran sebagai objek penelitian
penting dalam ilmu komunikasi massa, disamping ilmu komunikasi lainnya yaitu
ilmu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi.
Media penyiaran merupakan organisasi yang menyebarkan
nformasi yang berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan
mencerminkan budaya dalam masyarakat. Oleh karena itu, seperti politik atau
ekonomi, media massa khususnya media penyiaran merupakan suatu sistem
tersendiri yang merupakan bagian dari system kemasyarakatan yang lebih luas.
Pada bagian ini, kita akan membahas kedudukan media
penyiaran dalam teori komunikasi pada umumnya dan teori komunikasi massa pada
khususnya. Teori-teori itu umumnya berupaya menjelaskan fenomena media massa
sebagai suatu proses yaitu bagaimana proses berjalannya pesan, efek pesan itu
kepada penerima (masyarakat) dan umpan balik yang diberikan. Secara umum teori
komunikasi massa itu, terdiri dari teori-teori komunikasi massa linear dan
sirkular.
Model komunikasi Lasswell maupun model jarum
hipodernik menunjukkan pesan yang selalu bergerak secara linear (satu arah).
Dimulai dari komunikator hingga berakhir pada efek. Hal yang membedakan antara
teori S-R dengan teori Lasswell adalah bahwa yang terakhir ini lebih berupaya
menggambarkan komponen-komponen yang terlibat dalam proses komunikasi secara
lebih lengkap.
Teori Komunikasi Sirkular
Umpan balik dalam komunikasi massa mulai muncul dalam
teori komunikasi yang dikemukakan Melvin DeFleur (1970) yang memasukkan perangkat
umpan balik yang memberikan kemungkinan kepada komunikator untuk dapat lebih
efektif mengadaptasikan komunikasinya. Dengan demikian, kemungkinan untuk
mencapai korespondensi/kesamaan makna akan meningkat. Untuk menjelaskan
teorinya, DeFleur mengungkapkannya dalam bagan berikut.
Bagan DeFleur di atas telah memberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang fenomena komunikasi massa. Dalam hal komunikasi massa
surnber atau komunikator biasanya memperoleh umpan balik yang sangat terbatas
dari audiennya. Dengan demikian DeFleur menilai umpan balik dalam komunikasi
massa masih bersifat sangat terbatas.
(Bersambung ke bagian 3)
No comments:
Post a Comment