Bab 2
Sumber Power dan Pengaruh
Sumber Power dan Pengaruh
Konsepsi tentang Pengaruh
dan Power
Pengaruh
Pengaruh adalah sebuah kata
yang dipahami oleh semua orang secara intuitif. Dalam pengertian umum, pengaruh
adalah sekedar efek dari sebuah pihak (”agen”) pada pihak lain (”target”).
Namun, pengamatan yang lebih teliti mengungkapkan ambiguitas dan kompleksitas
dari konsep yang relatif sederhana ini. Proses dimana si agen mempengaruhi
target dapat berwujud dalam berbagai bentuk. Pengaruhnya dapat berlaku pada
orang, benda, atau peristiwa. Dalam kasus orang, pengaruhnya dapat berlaku pada
sikap, persepsi, perilaku, atau beberapa kombinasi dari hal tersebut.
Konsekuensi dari pengaruh agen mungkin dapat berupa seperti yang diinginkan si
agen, atau pengaruh tersebut dapat berupa hasil yang tak diperkirakan.
Hasil dari usaha-usaha Pengaruh
Keberhasilan dari usaha
pengaruh jelas sekali adalah masalah tingkatan. Namun, sangat berguna untuk
membedakan diantara tiga hasil yang berbeda secara kualitatif dari usaha-usaha
pengaruh: komitmen, pemenuhan/komplian, dan resistensi. Hasil yang paling
sukses adalah komitmen. Hal ini berarti bahwa orang yang menjadi target secara
internal sepakat dengan sebuah keputusan atau menerapkan keputusan tersebut
secara efektif.
Resistensi adalah hasil paling
tidak sukses dari usaha pengaruh. Resistensi berarti orang yang menjadi target
pun dipertentangkan dengan proposal atau permintaan, bukannya sekedar acuh saja
tentang hal tersebut, dan secara aktif berusaha untuk menghindari melaksanakannya.
Orang yang menjadi target akan memberikan respon dalam satu atau lebih
cara-cara berikut: (1) memberikan alasan-alasan mengenai mengapa permintaan
tersebut tidak dapat dilakukan, (2) berusaha membujuk si agen untuk menari
permintaan tersebut, (3) meminta otoritas yang lebih tinggi untuk menolak
permintaan si agen, (4) menunda bertindak dengan harapan bahwa si agen akan
melupakan permintaan tersebut, (5) berpura-pura melakukan tapi berusaha
mensabotase tugas tersebut, atau (6) menolak melakukan permintaan tersebut.
Power
Secara umum power mengacu pada
kapasitas agen untuk mempengaruhi seseorang yang menjadi targetnya, tapi
istilah ini telah digunakan dalam cara yang berbeda oleh para pakar teori yang
berbeda (Dahl, 1957; Grimes, 1978; House, 1988; Jacobs, 1970; Kotter, 1985;
Mintzberg, 1983; Pfeffer, 1981). Kadangkala power berarti kemampuan si agen
untuk mempengaruhi perilaku dari orang yang jadi target, sedangkan di lain
waktu, berarti pengaruh terhadap sikap orang target tersebut serta perilakunya.
Kadangkala power didefinisikan dalam istilah yang lebih relatif daripada
absolut sebagaimana pada tingkat dimana si agen memiliki lebih banyak pengaruh
ada target daripada target tersebut kepada si agen (”net power”).
Sumber Power
Terdapat berbagai sumber power
yang berbeda di dalam organisasi (lihat Tabel 2-1). Power diderivasi sebagian
dari kesempatan-kesempatan bawaan yang terdapat posisi seseorang di dalam
organisasi; ”power posisi” ini mencakup otoritas legitimasi, kontrol terhadap
sumberdaya, kontrol terhadap informasi, kontrol terhadap hukuman dan kontrol
ekologis.
Sumber-sumber Power di
dalam Organisasi
Power Posisi
|
·
Otoritas formal
·
Kontrol terhadap sumberdaya
dan hadiah/reward
·
Kontrol terhadap hukuman
·
Kontrol terhadap informasi
·
Kontrol ekologis
|
Power Personal
|
·
Kepakaran
·
Pertemanan/loyalitas
·
Karisma
|
Power Politis
|
·
Kontrol terhadap
proses-proses keputusan
·
Koalisi
·
Ko-optasi
·
Institusionalisasi
|
Posisi sebagai Sumber
Power
Otoritas Formal
Power yang didapat dari otoritas formal kadangkala
disebut dengan legitimate power
(French & Raven, 1959). Otoritas didasarkan pada persepsi tentang
prerogative/hak perseorangan, kewajiban, dan tanggung jawab yang terkait dengan
posisi-posisi tertentu di dalam sebuah organisasi atau sistem sosial. Otoritas
mencakup hak yang dirasa dimiliki dari seorang penghuni posisi untuk
mempengaruhi aspek-aspek spesifik dari perilaku dari penghungi-prnghuni posisi
lainnya. Si agen memiliki hak untuk membuat
jenis-jenis permintaan tertentu, dan orang yang jadi target memiliki kewajiban
untuk mematuhinya. Misalnya, seorang manajer memiliki hak yang dilegitimasi
untuk menentukan aturan kerja, memberikan tugas kerja, dan mengarahkan perilaku
tugas dari para bawahannya.
Davis (1968), Reitz (1977, hal. 468) menyediakan
beberapa contoh dari jenis-jenis pertanyaan yang dapat diajukan tentang cakupan
otoritas pemimpin:
Seorang eksekutif berhak mengharapkan seorang supervisor
bekerja keras dan rajin; apakah dia juga berhak mempengaruhi supervisor
tersebut untuk memata-matai para rivalnya, berlibur ke luar rumah, bergabung
dengan kelompok yang ditemui? Seorang pelatih berhak mengharapkan semua
pemainnya melakukan permainan spesifik; apakah dia juga berhak untuk
mengarahkan gaya
hidup mereka diluar olahraga? Seorang perwira tempur berhak mengharapkan
pasukannya untuk menyerang atas perintahnya; apakah dia juga berhak untuk
mengarahkan mereka untuk mengeksekusi penduduk sipil yang diklaimnya sebagai
mata-mata? Seorang dokter berhak memerintahkan seorang perawat untuk menjenguk
pasien atau mengamati otopsi; apakah dia berhak juga untuk memerintahkan
perawat itu membantu aborsi yang bertentangan dengan kehendak si perawat?
Sumber power lain yang ada di dalam organisasi adalah
control terhadap sumberdaya dan reward/penghargaan. Control ini muncul dari
otoritas formal. Semakin tinggi posisi seseorang di dalam hirarki otoritas
organisasi, maka semakin besar kontrol terhadap sumberdaya langka yang dimiliki
oleh orang tersebut. Eksekutif memiliki lebih banyak kontrol daripada para
manajer menengah, yang pada gilirannya memiliki lebih banyak control daripada
para manajer lini pertama. Para eksekutif
memiliki otoritas untuk membuat keputusan tentang alokasi sumberdaya terhadap
berbagai aktivitas dan sub unit, dan sebagai tambahan, mereka berhak untuk
meninjau dan memodifikasi keputusan alokasi sumberdaya yang dilakukan pada
level-level yang lebih rendah.