Tuesday 5 April 2016

Kepemimpinan dalam Organisasi: Sumber Power dan Pengaruh (Bag. 4)



Posisi sebagai Sumber Power
Otoritas Formal
Power yang didapat dari otoritas formal kadangkala disebut dengan legitimate power (French & Raven, 1959). Otoritas didasarkan pada persepsi tentang prerogative/hak perseorangan, kewajiban, dan tanggung jawab yang terkait dengan posisi-posisi tertentu di dalam sebuah organisasi atau sistem sosial. Otoritas mencakup hak yang dirasa dimiliki dari seorang penghuni posisi untuk mempengaruhi aspek-aspek spesifik dari perilaku dari penghungi-prnghuni posisi lainnya. Si agen memiliki hak untuk membuat  jenis-jenis permintaan tertentu, dan orang yang jadi target memiliki kewajiban untuk mematuhinya. Misalnya, seorang manajer memiliki hak yang dilegitimasi untuk menentukan aturan kerja, memberikan tugas kerja, dan mengarahkan perilaku tugas dari para bawahannya.
Davis (1968), Reitz (1977, hal. 468) menyediakan beberapa contoh dari jenis-jenis pertanyaan yang dapat diajukan tentang cakupan otoritas pemimpin:
Seorang eksekutif berhak mengharapkan seorang supervisor bekerja keras dan rajin; apakah dia juga berhak mempengaruhi supervisor tersebut untuk memata-matai para rivalnya, berlibur ke luar rumah, bergabung dengan kelompok yang ditemui? Seorang pelatih berhak mengharapkan semua pemainnya melakukan permainan spesifik; apakah dia juga berhak untuk mengarahkan gaya hidup mereka diluar olahraga? Seorang perwira tempur berhak mengharapkan pasukannya untuk menyerang atas perintahnya; apakah dia juga berhak untuk mengarahkan mereka untuk mengeksekusi penduduk sipil yang diklaimnya sebagai mata-mata? Seorang dokter berhak memerintahkan seorang perawat untuk menjenguk pasien atau mengamati otopsi; apakah dia berhak juga untuk memerintahkan perawat itu membantu aborsi yang bertentangan dengan kehendak si perawat?
Sumber power lain yang ada di dalam organisasi adalah control terhadap sumberdaya dan reward/penghargaan. Control ini muncul dari otoritas formal. Semakin tinggi posisi seseorang di dalam hirarki otoritas organisasi, maka semakin besar kontrol terhadap sumberdaya langka yang dimiliki oleh orang tersebut. Eksekutif memiliki lebih banyak kontrol daripada para manajer menengah, yang pada gilirannya memiliki lebih banyak control daripada para manajer lini pertama. Para eksekutif memiliki otoritas untuk membuat keputusan tentang alokasi sumberdaya terhadap berbagai aktivitas dan sub unit, dan sebagai tambahan, mereka berhak untuk meninjau dan memodifikasi keputusan alokasi sumberdaya yang dilakukan pada level-level yang lebih rendah.

Kontrol terhadap Hukuman/Punishment
Sumber power yang lain adalah kontrol terhadap hukuman dan kapasitas untuk mencegah seseorang mendapatkan penghargaan/hadiah/reward yang diinginkan. Bentuk power ini kadangkala disebut dengan coercive power (French & Raven, 1959). Sistem otoritas formal pada sebuah organisasi dan tradisi-tradisinya berurusan dengan penggunaan hukuman serta penggunaan reward. Otoritas pemimpin terhadap hukuman sangat beragam pada berbagai jenis organisasi.

Kontrol terhadap Informasi
Sumber power penting lainnya adalah control terhadap informasi. Control ini melibatkan akses seseorang pada informasi vital dan control terhadap distribusi informasi kepada orang lain (Pettigrew, 1972). Beberapa akses terhadap informasi dihasilkan dari posisi seseorang di dalam jaringan komunikasi organisasi. Posisi-posisi manajerial seringkali menyediakan kesempatan untuk mendapatkan informasi yang tidak secara langsung tersedia bagi bawahan atau rekan (Mintzberg, 1973, 1983). Posisi-posisi peran batasan menyediakan akses terhadap informasi penting mengenai peristiwa-peristiwa di dalam lingkungan eksternal dari sebuah organisasi. Namun, hal ini bukanlah sekedar masalah menduduki posisi tertentu dan memiliki informasi yang muncul seolah dilakukan dengan cara ajaib; seseorang harus terlibat secara aktif di dalam menghasilkan jaringan sumber informasi dan mengumpulkan informasi darinya (Kotter, 1982).

Kontrol Ekologis
Sebuah sumber penting dari pengaruh pemimpin terhadap perilaku bawahan adalah kontrol terhadap lingkungan fisik, teknologi, dan organisasi dari kerja. Manipulasi pada kondisi fisik dan sosial ini memungkinkan seseorang mempengaruhi secara tidak langsung perilaku orang lain. Bentuk pengaruh ini kadangkala disebut dengan situational engineering.

Atribut Personal sebagai Sumber Power
Kepakaran
Sumber utama dari power personal di dalam organisasi adalah kepakaran dalam memecahkan masalah dan melakukan tugas-tugas penting. Bentuk power ini seringkali disebut dengan expert power (French & Raven, 1959). Kepakaran adalah sumber power untuk seseorang hanya jika orang lain tergantung pada orang tersebut untuk saran atau bantuan yang dibutuhkan. Semakin penting permasalahan atau tugas yang dihadapi oleh orang target, maka semakin besar power yang didapat karena memiliki kepakaran yang dibutuhkan. Ketergantungan adalah yang terbesar jika orang target tersebut kekurangan kepakaran yang dibutuhkan dan tidak dapat dengan mudah menemukan orang lain yang cocok selain si agen (Patchen, 1974; Hickson, Hinings, Lee, Schneck & Pennings, 1971).

Pertemanan dan Loyalitas
Sumber power lainnya yang penting adalah keinginan dari orang lain untuk menyenangkan sesorang yang sangat disukai. Bentuk power ini kadangkala disebut dengan referent power (French & Raven, 1959). Orang yang merasakan pertemanan / persahabatan atau loyalitas yang mendalam terhadap seseorang biasanya bersedia melakukan hal-hal khusus bagi orang tersebut. Lebih lanjut, orang cenderung meniru perilaku dari seseorang yang sangat dikagumi, dan mereka cenderung mengembangkan sikap seripa dengan yang diwujudkan oleh orang yang dikagumi tersebut.

Karisma
Belumlah jelas apakah karisma personal dipahami dengan paling baik sebagai sebuah variasi dari referent power atau sebagai bentuk berbeda dari power. Para pengikut mengidentifikasi pada seorang pemimpin yang karismatik dan berpengalaman sebuah daya tarik emosional pada seorang pemimpin. Proses identifikasi biasanya lebih cepat dan lebih intens daripada untuk seorang pemimpin yang bersahabat tapi tidak karismatik. Atribut dari para pemimpin karismatik tidaklah dipahami dengan baik, tapi tampaknya mencakup kualitas-kualitas seperti magnetisme personal, sebuah sikap persuasif yang dramatik dari gaya bicara, antusiasme yang kuat, dan keyakinan yang kuat (Berlew, 1974; House, 1977).

No comments:

Post a Comment