Monday 20 June 2011

obat-obatan dan kehamilan

Tinjauan
Kita telah membahas kelas-kelas tradisional utama dari obat-obatan psikoaktif: stimulan, depresan, dan halusionogen. Namun, terdapat obat-obatan penting yang memiliki cirri-ciri psikoaktif yang tidak dengan tepat masuk pada kategori-kategori dari bab-bab terdahulu. Di dalam bab ini kami mengulas beberapa diantaranya. Terlebih dulu kami membahas obat-obatan resep signifikan, termasuk pil-pil pengatur kehamilan dan steroid-steroid anabolik. Selanjutnya kami membahas sejumlah luas obat-obatan yang tidak membutuhkan resep untuk membelinya: obat-obatan yang dijual bebas. Umumnya obat-obatan ini mencakup analgesik (seperti aspirin), anti-histamin dan obat-obatan untuk alergi dan flu lainnya, pil-pil diet, obat bantu tidur, dan sejumlah ramuan herbal, hormon dan suplemen-suplemen diet.


Obat-obatan Resep Lainnya
Obat-obatan Pengatur Kehamilan
Pil pengatur kehamilan pertama kali tersedia pada awal tahun 1960an, dan sejak saat itu ”pil” ini telah memiliki dampak penting pada budaya kita. Mungkin karena tidak ada kecelakaan / kebetulan bahwa apa yang disebut dengan revolusi seksual pada akhir tahun 1960an yang bertepatan dengan penyebaran luas pil ini. Diperkirakan bahwa 17.5 juta wanita di Amerika Serikat menggunakan pil pengatur kehamilan, membuat pil ini sebagai bentuk kontrasepsi yang paling banyak digunakan (Julien, 1998).
Bentuk pil pengatrur kehamilan yang paling umum adalah pil kombinasi, yang terdiri dari bentuk-bentuk sintetis dari dua hormon seks wanita, progesteron dan estrogen. Dengan beberapa bentuk dari pil kombinasi (multifase/multiphasic) jumlah dari progesteron atau estrogen sintetis beragam tergantung pada siklus menstruasi si wanita. Kombinasi pil pengatur kelahiran bekerja dengan menekan ovulasi (melepaskan sebuah sel telur matang/dewasa dari ovary/indung telur). Berlangsung secara harian selama 21 hari, kemudian dihilangkan selama tujuh hari, yang pada periode ini akan terjadi menstruasi. Kebanyakan pil pengatur kehamilan mengandung plasebo atau pil-pil vitamin yang harus dikonsumsi selama tujuh hari periode menstruasi tersebut untuk membantu si wanita tetap terbiasa meminum sebutir pil tiap hari.
Pada dasarnya pil ini bekerja dengan ”menipu” otak wanita untuk merespon seolah si wanita sudah hamil. Ketika seorang wanita hamil, maka dia tidak lagi mengalamai ovulasi/menghasilkan sel telur. Ketika tingkat sirkulasi dari estrogen dan progesteronnya tinggi (seperti dalam kasus kehamilan atau penggunaan pil pengatur kehamilan), struktur-struktur ini tidak melepaskan hormon yang diperlukan untuk memersiapkan indung telur untuk melepaskan sel telur, dan sehingga ovulasi pun dicegah.
Untuk memertahankan tingkat sirkulasi dari estrogen dan progesteron tetap tinggi untuk menghambat ovulasi, wanita yang menggunakan pil pengatur kehamilan harus tetap mengingat untuk meminum pil setiap hari pada waktu yang sama setiap harinya. Jika wanita tersebut lupa minum pil, maka penting untuk segera meminumnya secepat mungkin. Jika si wanita tersebut lupa minum pil lebih dari satu kali, maka level dari estrogen dan progesteronnya yang bersirkulasi dapat turun cukup randah sehingga menyebabkan terjadinya ovulasi (Rathus, Nevid, & Fichner-Rathus, 1993). Digunakan dengan tepat, pil kombinasi adalah salah satu bentuk pengatur kehamilan yang paling handal yang tersedia dengan tingkat kegagalan antara 0.5% hingga 3%, jauh lebih rendah daripada kebanyakan pilihan lain yang ada (Julien, 1998—lihat Tabel 15.1 dan kotak Isu Kontemporer, halaman 352). Pil juga ini memiliki keunggulan-keunggulan lain daripada metode-metode kontrasepsi lainnya. Karena metode ini tidak mengharuskan untuk berhati-hati sebelum dan sesudah intercourse/hubungan seksual, metode ini lebih memberikan spontanitas daripada pendekatan yang lain. Kekurangan dari pil jika dibandingkan dengan kondom, tentu saja, adalah bahwa pil tidak mencegah penyebaran penyakit kelamin. Sebagai tambahan, terdapat sejumlah efek samping dari pil kombinasi.
Salah satu perhatian yang paling serius adalah peningkatan resiko dari gumpalan darah di dalam para pengguna pil kombinasi. Gumpalan-gumpalan darah ini dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung, dan memang wanita usia diatas 40 menunjukkan peningkatan resiko serangan jantung ketika mereka mengkonsumsi pil kombinasi. Resiko ini menjadi meningkat pesat jika si wanita juga adalah perokok. Perubahan-perubahan mood/suasana hati, termasuk depresi parah, seringkali dilaporkan oleh para wanita yang mengkonsumsi pil (namun memang ini adalah obat psikoaktif). Efek-efek samping lain yang dialami oleh beberapa wanita termasuk tekanan darah tinggi, tumor liver jinak, dan penyakit gall bladder / empedu kandung kemih, meskipun resiko dari efek-efek samping ini serta efek-efek samping lainnya yang dilaporkan adalah rendah (lihat Julien, 1998, untuk ulasan).
Dalam sebuah usaha untuk meminimalkan efek samping karena estrogen, sebuah bentuk alternatif pil pengatur kehamilan telah dikembangkan yang hanya mengandung sejumlah kecil progesteron sintetis (progestin). Pil progestin kadangkala disebut dengan minipill/pil-mini. Diperkirakan pil ini bekerja agak berbeda dari pil kombinasi dimana pil ini tidak selalu menghambat ovulasi. Malahan, efek utama dari progestin adalah merubah medium lendir servik sedemikian rupa untuk menghambat masuknya sperma. Sebuah keterbatasan dari pil progestin adalah bahwa pil ini kurang efektif daripada pil kombinasi, meskipun masih lebih handal daripada metode-metode luar-dalam/reversible lainnya (lihat Tabel 15.1).
Sebuah pengembangan baru dalam pengatur kehamilan disebut dengan kontrasepsi implant, terutama dikenal karena nama mereknya Norplant. Norplant adalah sebuah alat yang secara surgikal diimplantasikan di bawah kulit dari lengan seorang wanita dan secara lambat dan terus menerus melepaskan dosis progestin ke dalam aliran darah selama lima tahun. Teknik ini diperkenalkan di Amerika Serikat tahun 1992, dan telah mendapatkan popularitas sejak saat itu. Sebuah keungulan nyata adalah bahwa si wanita tidak perlu khawatir tentang mengingat minum pil atau menggunakan bentuk kontrasepsi lainnya selama lima tahun sejak implantasinya, yang hanya melibatkan operasi kecil. Norplant memiliki tingkat kegagalan yang sangat rendah (<1%; lihat Tabel 15.1), dan efeknya dapat dibalikkan ketika alatnya diambil atau telah habis masa pakainya. Efek-efek samping terkait dengan Norplant yang dilaporkan sejauh ini cukup minim, tapi mencakup pendarahan menstrual tidak teratur. Norplant dan obat-obatan serupa pada akhirnya dapat menggantikan pil pengatur kehamilan sebagai sarana kontrasepsi yang paling banyak digunakan (Julien, 1998).
Sebuah opsi untuk seorang wanita setelah hubungan kelamin/intercourse tanpa pelindung adalah mengkonsumsi pil ”pagi setelahnya”. Secara umum hal ini melibatkan konsumsi dosis tinggi dari kontraseptif oral dalam waktu 72 jam setelah intercourse dengan dosis tinggi lainnya lagi yang diberikan 12 jam sesudahnya. Penggunaan ini kontroversial karena dapat mencegah ovum yang telah dibuahi menjadi menempel pada rahim, dan karena ini bukanlah tujuan normal dari pil pengatur kehamilan. Baru-baru ini, namun, penggunaan pil pengatur kehamilan dalam cara ini telah dianggap aman oleh FDA (Kessler, 1997). Pilihan serupa adalah progesterone antagonist mifepristone (RUI-486). Obat ini menyebabkan sel telur yang sudah dibuahi menjadi digagalkan / digugurkan jika diminum dalam trimester pertama. Meskipun kontroversial untuk alasan-alasan etis, obat ini digunakan luas di Eropa, dan mendapatkan persetujuan awal di Amerika Serikat (Julien, 1998).
Ketika memertimbangkan efek-efek samping potensial dari pil-pil pengatur kehamilan dan metode-metode kontrasepsi lainnya, penting untuk memahami segala sesuatunya. Meskipun terdapat resiko-resiko yang berkaitan dengan penggunaan pil, tapi resiko tersebut lebih rendah daripada resiko-resiko yang terlibat di dalam kehamilan dan melahirkan.

Isu Kontemporer
Pengatur Kehamilan Apa yang Terbaik?
Mungkin pertanyaan yang sering diajukan oleh sebagian besar wanita terdidik yang telah membaca tentang pil ini adalah apa metode kontrasepsi yang terbaik. Tapi tidak mungkin untuk mengevaluasi pil ini tanpa memertimbangkan metode-metode lainya yang tersedia. Tabel 15.1 menunjukkan tingkat kegagalan untuk berbagai metode pengatur kehamilan di dalam para pengguna tipikal. Perbedaan antara berbagai teknik ini seringkali berkumpul pada kesalahan dalam pengunaannya yang tepat. Tapi, sebagai tambahan pada komplikasi pembedahan yang mungkin terjadi, prosedur ini mungkin tidak dapat dibalikkan. Sehingga, prosedur ini tidaklah umum diantara orang-orang muda. Perhatikan bahwa pil-pil pengatur kehamilan adalah teknik yang paling efektif yang tidak membutuhkan pembedahan/operasi. Kekurangan dari pil ini adalah efek samping yang telah dinyatakan dalam buku ini. Alat intrauterin (IUD) juga sangat efektif dan teknik yang sangat populer. Tapi IUD juga dapat menghasilkan efek-efek samping. Yang paling umum adalah pendarahan tidak teratur dan nyeri pelvic. Komplikasi-komplikasi yang lebih serius kurang begitu umum terjadi tapi dapat mencakup resiko yang lebih besar dari penyakit inflamatori / peradangan pelvic, perforasi / pelobangan uterin, dan komplikasi-komplikasi jika kehamilan terjadi saat IUD di tanamkan. Terdapat beragam teknik-teknik ”penghalang” yang digunakan oleh para wanita, termasuk diafragma dan spons kontraseptif. Alat-alat ini melibatkan pembukaan servikal dan ketika digunakan dengan spermisida menghasilkan tingkat kegagalan yang cukup dapat diterima. Kekurangan dari metode-metode ini adalah pengulangan insersi dan pengambilan alat yang bagi beberapa wanita mengalami masalah dengannya.
Baru-baru ini kondom telah cukup mendapat tempat sebagai metode pengatur kehamilan. Alasananya adalah perlindungan yang dapat diberikan oleh kondom terhadap penyakit kelamin. Dengan tingginya masalah AIDS dewasa ini, kondom hendaknya direkomendasikan pada kebanyakan pasangan. Namun, kecuali digunakan dengan tepat (dan handal), kondom dapat memiliki tingkat kegagalan tinggi, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 15.1. Seperti yang akan anda lihat dalam Tabel 15.1, teknik-teknik seperti penarikan / withdrawal dan ritme / rhythm memiliki efek samping umum: kehamilan! Maka, tentu saja, ada pengekangan nafsu ....

Steroid-Steroid Anabolik
Latar Belakang
Pada siang hari yang cerah pada bulan September 1988, di Seoul, Korea Selatan, dunia olahraga telah mengalami perubahan untuk selamanya. Ben Johnson berlari melesat 100 meter dengan waktu 9.79 detik untuk memenangkan medali emas Olimpade dan memecahkan rekor dunia. Johnson telah menjadi manusia tercepat di dunia – untuk sepanjang masa. Lalu dua hari kemudian, setelah jejak-jejak steroid anabolik stanozolol ditemukan di dalam sampel urin Johnson, semua catatan dan medalinya dicopot dan meninggalkan olimpiade dengan rasa malu. Gema dari pertandingan itu masih terasa, dan mungkin secara lebih signifikan, skandal Johnson membuka mata publik pada permasalahan penyalah-gunaan steroid.
Steroid-steroid anabolik adalah obat-obatan sintetis yang mencerminkan hormon seks pria testoteron. Sebagai tambahan pada perannya dalam menentukan karateristik seksual pria seperti wajah dan rambut dada (efek-efek androgenik dan maskulinisasi), testoteron membantu membangun jaringan tubuh dan memerbaiki jaringan yang rusak. Proses-proses konstruksi tubuh semacam ini disebut dengan efek-efek anabolik. Efek-efek anabolik ini juga dapat diperoleh dengan menggunakan testoteron sintetis untuk permasalahan-permasalahan medikal tertentu, atau meningkatkan kinerja atletik atau binaraga. Penggunaan-penggunaan klinis untuk steroid-steroid anabolik termasuk perawatan untuk defisiensi testoteron, beberapa jenis anemia, kanker payudara, osteoporosis dan artritis. Namun, steroid-steorid anabolik seringkali diperoleh dengan mudah dan digunakan untuk tujuan binaraga atau meningkatkan kinerja atletik.
Steroid-steroid anabolik pertama kali dikembangkan di Jerman Nazi pada tahun 1930an, diduga keras untuk membantu menciptakan sebuah pasukan super (Marshall, 1988). Penggunaan steorid anabolik pertama kali yang diketahui dalam atletik adalah yang dilaporkan oleh para atlit angkat berat dan beberapa atlit wanita pada tahun 1950an. Pada olimpiade tahun 1968, steroid digunakan luas. Pikirkan tentang pernyataan oleh Harold Conelly berikut ini, peraih medali emas olimpiade dalam tolak peluru, di depan komite Senat:
Tidaklah umum pada tahun 1968 melihat para atlit memiliki kota obat-obatannya sendiri, praktisnya itu merupakan tas dokter dimana mereka memiliki suntikan dan berbagai macam obat-obatan ..... aku tahu para atlit pada tim olimpiade tahun 1968 yang memiliki banyak luka goeras dan banyak sekali luka tusukan pada punggung mereka dan sulit untuk menemukan lokasi baru untuk memberikan suntikan baru. (Hercht, 1985, hal. 270).
Baru pada tahun 1976 Komite Olimpiade Internasional menetapkan steroid tidak dapat digunakan oleh para atlit. Tes urine digunakan untuk memberlakukan kebijakan ini. Setelah saat itu sejumlah besar atlit memiliki hasil tes positif dan telah dikeluarkan dari pertandingan, tapi tentu saja kasus Ben Johnson telah menjadi kasus yang sangat terkenal.
Perhatian terhadap steorid meningkat jauh pada pertengahan tahun 1990an ketika terbukti bahwa penggunaannya telah sangat menyebar tidak hanya diantara para atlit elit, tapi juga untuk tujuan kosmetik oleh para pria (dan pada tingkat yang lebih rendah, para wanita) yang hanya ingin meningkatkan penampilan fisiknya.
Pada tahun 1990 Anabolic Steroids Act pun dikeluarkan yang membuat obat-obatan ini masuk dalam Schedule II sebagai zat dengan pengawasan. Ada beberapa bukti penurunan penggunaan steroid sejak saat itu. Misalnya, laporan penggunaan steroid oleh para senior sekolah meningkat sebesar 3% pada tahun 1989, lalu turun sebesar 2% pada tahun 1990, dan telah berada di bawah 2.5% setiap tahun semenjak saat itu dengan nilai terendah 1.9% pada tahun 1996 (National Institute on Drug Abuse, 1997). Namun, tingkat kontemporer dari steroid dapat secara substansial lebih tinggi pada orang tua, khususnya mereka yang merupakan atlit angkat berat atau binaraga (Julien, 1998). Tampaknya ”menjadi besar” telah menjadi sangat penting sehingga banyak anak muda yang bersedia untuk mengambil resiko dengan menggunakan steroid untuk mencapai otot-otot yang lebih besar dan definisi yang jelas yang mereka yakini terkait dengan obat-obatan ini. Oleh karena itu, kami memertimbangkan secara lebih rinci data yang tersedia mengenai bagaimana kerja steroid dan efek sampingnya yang ada setelah penggunaannya.

Aksi-aksi dari Steroid Anabolik
Terdapat sejumlah steroid anabolik yang berbeda, termasuk ethylestrenol, methandrostenolone, nandrolone, oxandrolone, ometholone, dan stanozolol (nama merek termasuk Dianabol, Anavar dan Winstrol). Obat-obatan ini dikonsumsi secara oral atau disuntikkan (lihat Tabel 15.2). metabolisme dan eliminasi dari steroid cukup bervariabel. Steroid dapat dideteksi secara andal dalam urin selama antara 4 hingga 14 hari setelah pemakaian, tapi ada laporan-laporan tes-tes urin positif selama 13 bulan setelah penggunaan nandrolone (Marshall, 1988).
Salah satu ciri yang paling ironik dari luasnya penggunaan steroid diantara para atlit adalah bahwa para peneliti medis memiliki kesulitan besar dalam menentukan apakah memang menghasilkan manfaat-manfaat kinerja. Suda jelas bahwa pada teste/objek-uji pria masa pubertas memiliki peningkatan output testoterone yang menyebabkan peningkatan di dalam masa otot dan karakteristik kekuatan pria pada usia tersebut. Namun, hal ini tidak berarti bahwa suplemen testoterone dapat menghasilkan manfaat lebih lanjut dalam pria normal. Telah ada sejumlah studi mengenai efek steroid anabolik ini pada capaian berat tubuh, kekuatan dan kinerja. Beberapa dari ini telah menunjukkan peningkatan di dalam penggunaan steroid oleh para subjek, tapi yang lainnya tidak. Konsensus di dalam komunitas sains adalah bahwa steroid-steroid memang menghasilkan capaian dalam hal ukuran dan kekuatan (Julien, 1998).

Efek Samping dari Steorid-Steroid Anabolik
Terdapat sejumlah efek samping fisik terkait dengan penggunaan steroid anabolik. Mungkin hal yang paling umum dilaporkan adalah jerawat, rambut rontok dan penurunan gairah seksual. Pada pria, seringkali ada atropi dari para testee dan penurunan terkait dalam jumlah sperma dan pembesaran payudara. Tampaknya ironis tapi banyak sekali pengguna steroid memakai obat-obatan khusus untuk mencegah pertumbuhan payudara! Efek-efek ini biasanya dapat dibalikkan. Pada wanita, dihasilkan efek maskulinitas yang jelas dari efek pemakaian steroid, dan banyak dari efek ini tidak dapat dibalikkan. Hal ini mencakup pertumbuhan rambut wajah dan dada, botak, suara semakin berat, pengecilan payudara, pembesaran klitoral, dan ketidak-teraturan menstruasi. Salah satu penyebab lainnya terkait dengan penggunaan steroid adalah bahwa menyeabkan perubahan-perubahan di dalam tingkat koleterol yang dapat meningkatkan resiko serangan jantung. Kerusakan pada fungsi hati juga hal umum dan dapat mencakup peningkatan resiko kanker liver (Julien, 1998). Mendiang pemain National Football League All-Pro, Lyle Alzado mendapatkan kanker otak yang tidak dapat dioperasi karena penggunaan steroid secara berlebihan. Namun, apakah steroid memainkan peranan kasual dalam hal ini dan kanker jenis-jenis lain adalah kontroversial (Friedl, 1990). Permasalahan-permasalahan tambahan dapat terjadi ketika steroid digunakan oleh anak-anak atau remaj, seperti misalnya fusi tulang prematur menyebabkan pertumbuhan terhambat (Julien, 1998). Perubahan dari perkembangan pubertas normal juga beresiko pada orang-orang muda.
Sebagai tambahan pada efek-efek samping steroid fisik, sejumlah efek fisiologikal dari obat-obatan ini ada. Kebanyakan pengguna melaporkan euforia kecil selama periode dari penggunaan steorid, dan peningkatan level-level energi juga telah dicatat. Gejala-gejala penarikan diri dan ketergantungan terkait dengan pemakaian steroid juga telah dideskripsikan (Yesalis, et al., 1990). Kurang begitu diminati adalah laporan-laporan tentang peningkatan iritabilitas dan agresivitas, kadangkala mengarah pada perilaku kekerasan. Pergeseran suasana hati dan bahkan reaksi-reaksi psikotik pun telah dilaporkan. Pope dan Katz (1998) melaporkan sebuah studi dari 41 binaragawan dan pemain football yang telah menggunakan steroid. Sembilan dari subjek penelitian (22%) mengalami gangguan emosional terkait dengan penggunaan steroid dan lima diantaranya (12%) mengembangkan reaksi-reaksi psikotik selama regimen-regimen steroid mereka. Salah satu dari subjek yang diteliti secara sengaja menabrakkan mobil dengan kecepatan 40 mph. Yang lain menggambarkan rasa jengkel pada seorang sopir mobil di depannya yang membiarkan lampu sinyalnya tetap berkedip. Pada lampu merah pertama, dia meloncat keluar dari mobilnya dan menghantam kaca depan mobil tersebut!
Penggunaan steroid oleh para atlit akan terus berlangsung selama para atlit itu percaya kompetisi mereka menggunakannya. Metode-metode pengujian yang lebih baik pun dibutuhkan, tapi mungkin yang lebih penting adalah melakukan tes-tes secara teratur. Prosedur-prosedur yang ada saat ini memungkinkan para atlit untuk menghentikan obat-obatan ini sebelum sebuah even penting guna menghindari tes urin positif. Prosedur tersebut dapat mengurangi kecurangan dengan cukup tajam. Tapi bagaimana jadinya jika ribuan orang muda (pria dan wanita) yang bukanlah para atlit kaliber olimpiade yang menggunakan steroid untuk meningkatkan ada di sekolah menengah atas atau tingkat kuliah atau hanya ingin ”menjadi besar”? Steroid dapat menyebabkan permasalahan utama, dan kebanyakan program-program pendidikan obat bahkan tidak membahasnya. Jelas sekali ada sebuah kebutuhan untuk membuat masyarakat sadar tentang bahaya potensial dari penyalahgunaan steroid.

Tentang Obat-obatan yang Dijual Bebas
Federal Food and Drug Administration (FDA) membagi obat-obatan menjadi dua kategori: obat-obatan yang membutuhkan resep dari seorang dokter untuk dapat membelinya (seperti obat-obatan psikiatrik yang dibahas di dalam Bab 11, dan pil-pil pengatur kehamilan serta steroid-steroid yang baru saja dibahas diatas), dan obat-obatan yang dianggap cukup aman untuk dijual tanpa sebuah resep. Obat-obatan ini seringkali diacu sebagai obat-obatan yang dijual bebas / over-the-counter (OTC). FDA ditugasi oleh Amandemen Kefauver-Harris 1962 untuk meregulasi dan meninjau obat-obatan OTC—ini bukanlah tugas ringan ketika memertimbangkan bahwa ada lebih dari 300.000 yang dijual bebas di pasaran! Bukannya fokus pada merek spesifik, FDA telah mengatur bahan-bahan yang ditemukan di dalam produk-produk ini, dan membaginya ke dalam kategori-kategori yang ditunjukkan dalam Tabel 15.3. Seperti yang ditunjukkan, sejumlah penyakit ringan yang diobati dengan obat-obatan OTC. FDA menciptakan panel-panel untuk memelajari bahan-bahan ini dan untuk mengevaluasinya berdasarkan pada dua kriteria utama: keselamatan dan kemanjuran. Laporan-laporan akhir dari panel tersebut disajukan pada tahun 1985; kemudian obat-obatan yang diijinkan sebagai obat OTC harus memenuhi standar dari ”Generally Recognized as Safe / Secara Umum Dikenal Aman” atau GRAS, dan ”Generally Recognized as Effective / Secara Umum Dikenal Efektif” atau GRAE. Obat-obatan ini tidak memenuhi syarat ini pun dikeluarkan dari produk-produk OTC. Namun, hendaknya dicatat bahwa keselamatan dan kemanjuran adalah istilah-istilah relatif. Beberapa dari obat-obatan OTC dapat sangat berbahaya, dan beberapa diantaranya memiliki kemanjura yang sangat terbatas.
Sebagai tambahan pada peninjauan bahan-bahan dari obat-obatan OTC, beberapa panel FDA meninjau obat-obatan yang diresepkan dan, atas dasar bahwa beberapa diantaranya relatif aman dan efektif, merekomendasikannya untuk dibuat tersedia tanpa resep. Pereda nyeri ibuprofen dan beberapa antihistamin, seperti diphenhydramine, adalah contoh obat-obatan yang sebelumnya tersedia hanya dengan resep. Sekarang obat-obatan ini tersedia dengan mudah.
Banyak dari kategori obat-obatan yang dicatat dalam Tabel 15.3 kami fokuskan pada ciri-ciri psikoaktif – analgesik, pil-pil diet, obat untuk flu dan alergi, stimulan dan sedatif.

Analgesik
Dalam Bab 12 kami membahas penggunaan obat-obatan opiate dalam perawatan sakit/nyeri. Tapi penggunaan opiate untuk pereda nyeri biasanya disediakan untuk kasus-kasus parah. Banyak dari obat penawar rasa sakit yang efektif pun tersedia dengan bebas. Yang paling dipakai luas dan umum digunakan adalah aspirin. Acetylsalicylic acid (aspirin) berkaitan erat dengan kimiawi yang ditemukan di dalam kulit kayu pohon willow dan pohon-pohon lainnya (salicylic acid / asam salisilik). Kulit pohon willow telah digunakan untuk pengobatan kondisi-kondisi nyeri dan demam oleh orang-orang Yunani kuno dan oleh Penduduk Asli Amerika. Asam salisilik pun diisolasi dan digunakan sebagai pereda nyeri di Eropa, tapi menyebabkan gangguan perut yang parah. Hingga pada akhir abad sembilan belas Acetylsalicylic acid pun di sintesis dan disebut dengan aspirin oleh perusahaan Bayer dari Jerman. Aspirin menjadi salah satu obat-obatan yang paling penting yang diketahui dalam dunia pengobatan. Dipasarkan dengan nama dagang Anacin, Buferin dan Excedrin adalah beberapa nama yang ada, dan lebih dari 10.000 ton aspirin dikonsumsi setiap tahunnya (Julien, 1998).
Aspirin adalah analgesik (menghasilkan pereda neri tanpa tak-sadarkan-diri), antipiretik (mengurangi demam), dan antiiflamatori (mengurangi pembengkakan). Diperkirakan memiliki efek-efek ini dengan mekanisme yang cukup berbeda dari opiate analgesia. Aspirin (dan pereda nyeri OTC lainnya) bertindak dengan menghambat produksi dan pelepasan prostaglandin, zat-zat kimiawi yang dilepaskan oleh tubuh pada lokasi nyeri/sakit. Zat kimiawi ini diperkirakan meningkatkan jenis sakit / nyeri tertentu – dull pain dan ache, seperti misalnya pusing. Memang, aspirin tidaklah sangat efektif pada rasa sakit / nyeri tinggi/tajam atau pada nyeri perut. Namun, obat ini sangat efektif untuk nyeri otot, pusing, dan rasa sakit karena inflamasi seperti artritis (Grogan, 1987).
Aspirin bukannya tidak memiliki efek samping. Obat ini seringkali menyebabkan iritasi perut dan pendarahan dan adalah kontraindikasi pada orang-orang yang memiliki permasalahan perut. Aspirin dapat dikaitkan pada penyakit yang langka dan berbahaya yang disebut dengan sindrom Reye. Sindrom Reye terjadi hanya pada anak-anak yang diobati dengan aspirin karena sakit flu atau cacar air, dan melibatkan muntah, disorientasi, dan kadangkala koma, kerusakan otak, atau kematian. Sehingg aspirin sebaiknya dihindari pemakaiannya pada anak-anak yang mengalami penyakit diatas. Aspirin juga merupakan antikoagulan dan dapat memerpanjang pendarahan pada keadaan-keadaan tertentu. namun, mekanisme yang sama ini dapat berguna dalam pencegahan stroke dan serangan jantung (Julien, 1998).
Sebuah obat analgesik yang efektif berguna bagi orang-orang yang mengalami permasalahan perut adalah acetaminophen. Obat ini dipasarkan denan nama merek Datril dan Tylenol, mengurangi demam dan menghasilkan efek analgesik, tapi tidak menyebabkan iritasi perut. Namun, acetaminophen bukanlah obat anti-inflamasi yang manjur, dan dosis tinggi dapat menyebabkan permasalahan liver. Patut diperhatikan bahwa overdosis acetaminophen adalah permasalahan serius daripada overdosis aspirin. Kedua obat ini adalah penyebab utama dalam hal keracunan pada anak. Sedikitnya 10 Extra-Strength Tylenol dapat mematikan bagi seorang anak (Grogan, 1987). Penting untuk menjauhkan obat ini dan semua obat-obatan yang lainnya dari jangkauan anak-anak.
Pereda nyeri lainnya yang digunakan secara luas adalah ibuprofen dan naproxen. Ibuprofen secara eksklusif adalah obat resep (Motrin) hingga tahun 1984, ketika FDA menyetujuinya untuk pemakaian OTC. Sekarangdipasarkan dengan nama dagang seperti Advil dan Nuprin, dan telah mendapatkan perhatian luas dalam pasar pereda nyeri OTC. Naproxen dipasarkan di bawah nama dagang Naprosyn dan Aleve, dan disetujui sebagai sebuah OTC pada tahun 1994. obat-obatan ini memiliki efek analgesik dan anti-inflamatori yang serupa dengan aspirin, tapi secara umum ditoleransi dengan lebih baik. Namun, seperti halnya pereda nyeri OTC lainnya, ibuprofen dan naproxen dapat juga memberi efek samping, termasuk iritasi perut dan dalam dosis tinggi, kerusakan ginjal dan liver (Julien, 1998).

Penekan Nafsu Makan
Sejumlah obat resep telah digunakan selama bertahun-tahun untuk menekan nafsu makan. Kami membahas penggunaan amfetamin yang dibahas dalam Bab 6. Dua penekan nafsu makan beresep lainnya, fenfluramine (salah satu bahan di dalam fen-phen) dan dexfenfluramine (Redux), diambil dari pasar pada tahun 1997 ketika ditemukan bahwa obat ini dapat merusak katup jantung. Karena lebih dari 14 juta resep yang telah ditulis untuk kedua obat ini pada tahun 1996, sejumlah besar orang mulai memertimbangkan penekan selera makan OTC!
Terdapat lusinan preparasi OTC yang diambil untuk menekan selera makan. Beberapa diantaranya adalah serat-tinggi atau beberapa jenis pengganti makanan berkalori rendah. Yang lainnya (Dexatrim, Appedrine) mengandung sebuah obat anorektik yang disebut phenylpropanolamine atau PPA (seringkali kombinasi dengan kafein). Seringkali sebuah bahan di dalam pil-pil ”mirip” stimulan (lihat kotak Isu Kontemporer, halaman 360). PPA memiliki struktur kimia serupa dengan amphetamine. Ini hanyalah stimulan kecil dan tidak menghasilkan euforia. Memang memiliki ciri-ciri anorektik, tapi belum terbukti efektif dalam pengendalian berat tubuh jangka panjang (Grogan, 1987)(.
PPA juga bertindak sebagai dekongestan dan ditemukan di dalam pengobatan flu dan alergi OTC. PPA juga memiliki sejumlah efek samping yang tidak disukai, seperti misalnya kenaikan tingkat gula darah, hipertensi, denyut jantung cepat, insomnia, pusing, mual dan anksietas. Geraldine Ferraro, yang mencalonkan diri sebagai wakil presiden Amerika Serikat tahun 1984, bersaksi tentang pil-pil diet OTC di hadapan House of Representative Subcommittee on Health and Long-Term Care / Subkomite Dewan Perwakilan pada Kesehatan dan Perawatan Jangka-Panjang (dikutip dalam Hallowell, 1987, hal. 133). Ferraro, mengacu pada penggunaannya pil-pil diet untuk mengurangi berat badan, mengatakan:
Saya dapat mengingat ... jantung saya mulai berdetak sangat cepat dan saya membersihkan rumah saya seolah saya adalah ... tornado putih ... saya bangun pagi sekali dan saya tidak dapat tidur di malam hari ... saya memutuskan bahwa saya tidak menginginkan kerusakan syaraf; jadi saya berhenti mengkonsumsinya ... dan segera saja ... gejala-gejala tersebut berhenti.
Maka, efek samping FPA menyebabkan beberapa permasalahan yang relatif parah. Dalam pandangan dari keefektivan terbatas dari preparasi-preparasi diet OTC dan potensinya untuk menyebabkan permasalahan, beberapa orang ada yang mengkritisi persetujuan FDA tentang preparasi-preparasi PPA (misal, Grgan, 1987).

Isu Kontemporer
Efek Samping dari Obat-obatan yang Dijual Bebas?
Obat-obatan OTC digunakan secara luas di dalam masyarakat kita yang mana sebagian besar kita tidak menganggapnya sebagai obat-obatan. Kita masuk ke dalam supermarket dan sebuah toko lalu membeli obat nyeri tanpa benar-benar menyadarinya bahwa kita tengah membeli obat-obatan psikoaktif. Namun obat-obatan ini dapat menyebabkan efek samping. Sebenarnya tidak ada obat yang aman. Sebagaimana yang dicatat di atas, bahkan obat-obatan seperti aspirin dan acetaminofen dapat menjadi racun / toksik jia dikonsumsi secara overdosis.
Beberapa obat-obatan OTC dapat memiliki potensi penyalahgunaan juga. Misalnya, penekan selera makan seperti PPA memiliki stimulan yang cukup keras bahwa bahan-bahannya yang acapkali (biasanya bersama dengan dengan kafein) dalam preparasi stimulan ”yang tampaknya sama”. Obat-obatan yang tampak-sama dibuat sangat mirip dengan zat yang dikontrol, biasanya anfetamin resep, tapi sebenarnya hanya mengandung produk-produk OTC. Kemiripan ini dapat memiliki dosis tinggi sehingga efek samping berbahaya terjadi.
Terakhir, beberapa obat-obatan OTC, khususnya antihistamin digunakan dalam preparasi demam atau pembantu tidur, menyebabkan keletihan dan dapat memotensi efek-efek alkohol atau obat-obatan depresan / penekan lainnya. Obat-obatan sedatif ini hendaknya tidak dikonsumsi secara kombinasi dengan obat-obatan lainnya, dan mengemudi hendaknya dihindari setelah mengkonsumsinya.

Obat-obatan Flu dan Alergi
Flu umum adalah sangat umum yang membuat korbannya menghabiskan $1.3 juta pada obat flu OTC di Amerika Serikat setiap tahunnya. Obat-obatan flu dan alergi OTC mengandung beragam bahan yang berbeda. Termasuk di dalamnya adalah analgesik, seperti aspirin atau asetaminofen, yang berguna untuk mengurangi sakit, nyeri dan demam. Sebagai tambahan, banyak dari preparasi flu OTC mencakup PPA karena ciri-ciri dekongestannya.sebuah alternatif lain dekongestan adalah pseudoephedrine (Sudafed), yang sama efektifnya dengan PPA tapi memiliki efek samping lebih kecil. Obat-obatan flu juga dapat mencakup ekspektoran, yang membantu memecah / mengencerkan lendir sehingga dapat dikeluarkan. Giafenesin adalah ekspektoran yang paling umum. Agen-agen antitusif sebenarnya menekan batuk dan seringkali dicantumkan dalam formulasi / resep flu dan batuk (contohnya adalah dezatromethorphan).
Bahan-bahan umum lainnya yang ada dalam preparasi OTC flu dan alergi adalah antihistamin. Senyawa-senyawa ini sebenarnya adalah jauh lebih efektif dalam perawatan demam hay dan reaksi-reaksi alergis terkait. Banyak gejala-gejala alergis yang disebabkan oleh pelepasan dari zat kimiawi yang terjadi secar alami yang disebut dengan histamin. Seperti namanya, antihistamin bertindak menghambat histamin. Antihistamin yang umum digunakan termasuk diphenhydramine dan chlorpheniramine maleate. Namun, antihistamin menghasilkan sejumlah efek samping yang membatasi kegunaannya. Rasa kantuk dan letih adalah efek samping yang paling signifikan. Sangat sukar untuk tetap terjaga setelah mengkonsumsi antihistamin, dan kenyataannya, diphenhydramine adalah bahan utama dalam kebanyakan obat bantuan tidur OTC. Efek-efek samping lainnya termasuk penebalan / pengentalan sekresi lendir, pandangan kabur, pening, mulut dan hidung kering, dan berkeringat (Grogan, 1987).

Stimulan dan Sedatif yang Dijual Bebas
Kami telah membahas bahan-bahan di dalam stimulan OTC. Pada dasarnya bahan ini adalah kafein dan/atau PPA. Stimulan-stimulan OTC mencakup merek-merek populer seperti No-Doz dan Vivarin. Obat-obatan tersebut tentu saja akan memicu secara ringan stimulasi sistem syaraf pusat, tapi sebutir No-Doz, misalnya, mengandung kafein sebanyak secangkir kopi, sehingga penggunanya akan mendapatkan efek sebesar itu. Onfirmasi lebih lanjut tentang efek samping dari kafein ada di dalam Bab 8.
Seperti yang telah kami catat, bahan utama dalam obat bantuan tidur OTC adalah antihistamin, diphenhydramine. Karena keletihan adalah efek samping umum dari antihistamin, obat-obatan tersebut kadangkala dapat membantu orang yang menderita insomnia. Namun, efek samping yang terkait dengan antihistamin (misalnya, mulut kering, pening, dan mual) dapat membatasi kegunaannya sebagai obat pembantu tidur. Sebagai tambahan, permasalahan yang terkait dengan pengunaan resep pil-pil tidur dapat berlaku pada obat-obatan ini, juga, seperti yang dibahas dalam Bab 10.

Produk-produk Herbal, Hormon dan Suplemen Makanan
Pada tahun 1994 sebuah undang-undang yang disebut dengan Dietary Supplement Health and Education Act pun dikeluarkan. Undang-undang ini mengurangi kewenangan dari FDA untuk meregulasi produk-produk herbal yang seringkali mengandung obat-obatan psikoaktif. Perubahan ini telah membuka sebuah kotak Pandora dari pengobatan herbal yang cukup umum dalam toko-toko makanan kesehatan, toko-toko kelontong dan bahkan apotek-apotek. Undang-undang yang baru ini merubah definisi dari suplemen makanan pada tingkat diluar vitamin, dan termasuk ramuan herbal, preparasi-preparasi asam amino, dan bahkan beberapa hormon. Sekarang selama kemasan untuk suplemen tersebut tidak memberikan keterangan spesifik, sebuah perusahaan dapat memasarkannya dengan bebas (Bliger, 1997). Industri ”suplemen kesehatan” telah berkembang dan beberapa kontroversi sekarang muncul. Para pendukung undang-undang tahun 1994 berpendapat bahwa ramuan yang berharga sekarang jauh lebih tersedia untuk orang-orang dengan harga yang murah. Mereka menunjukkan, secara khusus, pada cerita-cerita sukses seperti St. John’s wort (hypericum), sebuah terapi herbal untuk depresi. Seperti yang telah kami catat di dalam Bab 11, ekstrak hypericum dari St. John’s wort telah terbukti efektif dalam mengobati depresi dengan sedikit efek samping dalam beberapa studi. Namun, sebagian besar preparasi herbal belumlah diteliti secara intensif seperti St. John’s wort, juga dalam banyak kasus hanya ada sedikit bukti efektivitasnya. Bahkan yang lebih problematik, dalam banyak kasus hanya sedikit yang diketahui tentang kemungkinan bahaya yang terkait dengan ramuan herbal. Para konsumen hendaknya mengetahui bahwa obat aktif di dalam preparasi herbal seringkali tidak diketahui, tidaklah dapat diasumsikan bahwa preparasi tersebut sesuai dengan standar GRAS dan GRAE-nya FDA. Ada banyak sekali ramuan herbal; kami mengulas beberapa diantara preparasi psikoaktif yang paling populer.

Melatonin
Melatonin adalah hormon yang terjadi secar alami yang diproduksi oleh kelenjar pineral. Diperkirakan meregulasi ritme giologis dan tidur. Sejumlah besar merek melatonin alami (dari kelenjar pineral hewan) dan sintetis tersedia di toko-toko, dan direkomendasikan pada para konsumen untuk segalanya mulai dari penyakit jantung hingga kanker. Ada sejumlah studi terkontrol yang menyatakan bahwa melatonin dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan oleh orang-orang untu benar-benar tidur, dan dapat memerpanjang waktu tidur (Brzenzinski, 1997; Lamber, 1996). Namun, klaim-klaim lain berkaitan dengan melatonin belumlah dikonfirmasi. Sebagai tambahan, beberap efek samping telah dilaporkan termasuk perubahan siklus menstruasi dan vasokonstriksi yang dapat mengurangi aliran darah ke otak dan jantung. Tinjauan baru-baru ini menunjukkan peringatan dalam penggunaan melatonin jangka panjang.

DHEA
Dehydroepiandrosterone (DEA) adalah sebuah hormon yang secara alami disekresikan oleh kelenjar-kelenjar adrenal. Ditawarkan sebagai obat ajaib di toko-toko makanan kesehatan dengan klaim bahwa obat ini dapat mencegah penyakit jantung, kanker, obesitas dan diabetes. Dikatakan bahwa ini adalah juga hormon ”anti-penuaan”. Berita buruknya adalah secara nyata tidak ada bukti pendukung dari klaim-klaim semacam ini. DHEA adalah pelopor dari testoterone di dalam tubuh, dan banyak efek-efek DHEA yang dikaitkan pada efek-efek androgenik yang telah dicatat di bagian awal bab ini. Jadi meskipun DHEA mungkin tidak mencegah penuaan, tapi sudah jelas menyebabkan jerawat, kebotakan prematur, dan efek-efek samping lainnya yang dicatat di atas untuk steroid-steroid anabolik. Hal ini dapat mncakup permasalahan serius seperti kerusakan liver dan (ironisnya) kanker juga (Julien, 1998).

Ginkgo Biloba
Ekstrak-ekstrak dari pohon Ginkgo digembor-gemborkan sebagai ”obat cerdas”, sebuah obat yang meningkatkan ingatan dan konsentrasi. Kenyataannya, sebagaimana yang dibuktikan oleh studi terkontrol bahwa ekstrak Ginkgo memerlambat dementia progresif yang terkait dengan penyakit Alzheimer (Le Bars et al., 1997), tapi tidak ada bukti saat ini bahwa ekstrak ini meningkatkan pembelajaran atau ingatan di dalama orang yang sehat dan normal. Setidaknya tidak ada bukti bahwa Ginkgo menghasilkan efek samping serius saat ini.

Ekstasi Herbal: Ephedrine
Sejumlah produk telah dipasarkan melalui toko-toko makanan kesehatan atau melalui surat sebagai alternatif herbal pada ekstasi (lihat Bab 14). Produk-produk ini mengandung beragam produk tanaman dan sejumlah obat-obatan termasuk kafein, theophylline, PPA, dan ephedrine. Sedangkan secara mendasar efek-efek yang sama akan diharapkan pada obat-obatan ini sebagaimana stimulan-timulan OTC, produk-produk ekstasi herbal mengandung stimulan dosis tinggi, dan telah dikaitkan dengan sejumlah overdosis fatal (Perrine, 1996).



Gangguan Terkait Alkohol
Di dalam sebagian besar kebudayaan, alkohol adalah depresan otak yang paling sering digunakan dan penyebab dari sejumlah besar morbiditas dan mortalitas. Pada suatu masa di kehidupan orang-orang dewasa di Amerika Serikat memiliki pengalaman dengan alkohol, dan sejumlah besar (60% pria dan 30% wanita) telah mengalami peristiwa-peristiwa kehidupan yang merugikan karena alkohol (misalnya, mengemudi setelah terlalu banyak mengkonsumsi alkohol, bolos sekolah atau kerja karena masih mabok). Untungnya, sebagian besar individu memelajari hal ini dari pengalaman mereka dan mengurangi minum mereka, sehingga menghindari Ketergantungan atau Penyalah-gunaan Alkohol.
Bagian ini mengandung pembahasan-pembahasan spesifik pada Gangguan Terkait-Alkohol. Teks-teks dan susunan-susunan kriteria telah disediakan di awal untuk aspek-aspek generik dari Ketergantungan Zat (hal. 192) dan Penyalah-gunaan zat (hal. 198) yang berlaku pada semua zat. Penerapan dari keriteria umum tersebut pada Ketergantungan Alkohol dan Penyalahgunaannya diberikan berikut ini. Namun, tidak ada susunan kriteria unik tambahan untuk Ketergantungan Alkohol atau Penyalahgunaan Alkohol. Teks-teks spesifik dan susunan-susunan kriteria untuk Intoksikasi Alkohol dan Penarikan-diri/Withdrawal Alkohol juga diberikan di bawah. Gangguan-gangguan Dipicu-Alkohol (selain Intoksikasi Alkohol dan Penarikan-diri/Withdrawal) pun dijelaskan di dalam bagian-bagian dari panduan dengan gangguan dimana memiliki hal-hal tersebut berbagi fenomenologi (misalnya, Gangguan Suasana-hati Dipicu-Alkohol pun dicantumkan dalam bagian ”Gangguan Suasana-hati”).

Alcohol Use Disorders / Gangguan-gangguan karena pemakaian alkohol
303.90 Ketergantungan Alkohol
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks umum dan kriteria untuk Ketergantungan Zat (lihat hal. 192). Ketergantungan fisiologikal pada alkohol diindikasikan oleh toleransi atau gejala-gejala Penarikan-diri / Withdrawal. Khususnya jika dikaitkan dengan riwayat withdrawal/penarikan-diri, ketergantungan fisiologikal adalah sebuah indikasi dari keseluruhan rangkaian klinis yang lebih parah (yaitu, kejadian / pemunculan awal, asupan tingkat tinggi, lebih banyak permasalahan terkait alkohol).
Alcohol Withdrawal / Penarikan-diri Alkohol (lihat hal. 215) ditentukan oleh gejala-gejala withdrawal yang terbentuk selama 4-12 jam atau lebih setelah reduksi masupan setelah ingesti/ingestion alkohol yang lama dan berat. Karena Withdrawal / Penarikan-diri dari alkohol dapat menjadi hal yang tidak menyenangkan dan intens, orang-orang yang mengalami Ketergantungan Alkohol dapat terus mengkonsumsi alkohol, meskipun adanya konsekuensi merugikan, seringkali untuk menghindari atau mengurangi gejala-gejala withdrawal/ penarikan-diri. Beberapa gejala withdrawal (yaitu, permasalahan tidur) dapat bertahan pada intensitas rendah selama berbulan-bulan. Sejumlah kecil orang yang mengalami Ketergantungan Alkohol tidak pernah mengalami tingkat / level yang secara klinis relevan dari Alcohol Withdrawal, dan hanya sekitar 5% dari orang-orang yang mengalami Ketergantungan Alkohol pernah mengalami komplikasi parah dari withdrawal (yaitu, delirium, grand mal seizures). Ketika sebuah pola penggunaan komplusif berkembang, orang-orang yang mengalami Ketergantungan dapat menghabiskan waktu untuk memeroleh dan mengkonsumsi minuman beralkohol. Orang-orang ini seringkali tetap mengkonsumsi alkohol meskipun ada bukti merugikan secara psikologis atau konsekuensi fisik (misal, depresi, pingsan, penyakit liver, atau sequelae/akibat lainnya).

305.00 Penyalah-gunaan Alkohol
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Penyalah-gunaan Zat (lihat hal. 198). Penyalah-gunaan zat membutuhkan gejala-gejala yang lebih sedikit dan, sehingga, dapat menjadi kurang parah daripada Ketergantungan dan hanya didiagnosa saat tidak ada Ketergantungan telah jelas. Sekolah dan kinerja pekerjaan dapat mengalami efek-efek lanjutan dari meminum alkohol atau dari intoksikasi aktual pada pekerjaan atau di sekolah; perawatan anak dan tanggung-jawab rumah tangga dapat diabaikan; dan ketidakhadiran terkait alkohol dapat terjadi dari sekolah atau pekerjaan. Orng tersebut dapat menggunakan alkohol dalam keadaan-keadaan yang secara fisik berbahaya (yaitu, mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin saat masih terintoksikasi). Kesulitan-kesulitan legal dapat muncul karena penggunaan alkohol (misal, ditangkap atas perilaku terintokasikasi atau mengemudi dalam keadaan mabok). Terakhir, oarang-orang yang mengalami Penyalah-gunaan Alkohol dapat terus mengkonsumsi alkohol meskipun memiliki pengetahuan bahwa terus mengkonsumsinya memberikan permasalahan-permasalahan sosial atau interpersonal yang signifikan untuk mereka (misal, berselisih paham/bertengkar; bersama dengan pasangan saat terintoksikasi, penyiksaan anak). Ketika permasalahan-permasalahan ini disertai dengan adanya bukti toleransi, penarikan diri/withdrawal, atwu pemakaian kompulsif dapat terjadi di dalam individu-individu yang mengalami Penyalahgunan alkohol tapi bukan Ketergantungan, penting untuk menentukan apakah kriteria penuh untuk Ketergantungan sudah terpenuhi.

Gangguan-gangguan Dipicu Alkohol
303.00 Intoksikasi Alkohol
Mengacu pada teks dan kriteria untuk Intoksikasi Zat (lihat hal. 199). Ciri esensial dari Intoksikasi Alkohol adalah adanya perilaku menyimpang yang secara klinis signifikan atau perubahan-perubahan fisiologikal (misal, perilaku seksual yang tidak tepat atau agresif, kurangnya suasana hati, pertimbangan yang terganggu, fungsi sosial dan pekerjaan yang terganggu) yang terjadi selama, atau sesaat setelah, ingestion / ingesti alkohol (Kriteria A dan B). Perubahan-perubahan ini disertai dengan bukti dari kata-kata yang menyinggung, inkoordinasi, jalan sempoyongan, nystagmus, rusaknya perhatian atau ingatan, atau pingsan atau koma (Kiteria C). Gejala-gejalanya harus bukan dikarenakan oleh kondisi medikal umum dan juga bukan karena gangguan mental lainnya (Kriteria D). Hasilnya adalah seperti apa yang diamati selama Intokasikasi Benzodiazepine atau Barbiturate. Level-level dari inkoordinasi dapat mengganggu kemampuan mengemudi dan pada aktivitas-aktivitas biasa pada tingkat yang dapat menyebabkan kecelakaan. Bukti dari penggunaan alkohol dapat diperoleh dengan membaui alkohol pada napas seseorang, menunjukkan riwayat dari seseorang atau pengamat lain, dan, jika perlu, menyuruh seseorang tersebut menjalani analisis napas, darah dan toksikologi urin.

Kriteria Diagnostik untuk 303.00 Intoksikasi Alkohol
  1. Ingesti / Ingestion alkohol baru-baru ini.
  2. Perilaku menyimpang yang secara klinis signifikan atau perubahan-perubahan fisiologikal (misal, perilaku seksual yang tidak tepat atau agresif, kurangnya suasana hati, pertimbangan yang terganggu, fungsi sosial dan pekerjaan yang terganggu) yang terjadi selama, atau sesaat setelah, ingestion / ingesti alkohol.
  3. Satu (atau lebih) tanda-tanda berikut, terjadi selama, atau sesaat sesudah, pemakaian alkohol:
  1. Kata-kata menyinggung
  2. Inkoordinasi
  3. Jalan sempoyongan
  4. Nystagmus
  5. Rusaknya perhatian dan ingatan
  6. Pingsan atau koma
  1. Gejala-gejala yang tidak dikarenakan kondisi medikal umum dan bukan kaerna gangguan mental lainnya.

291.81 Alcohol Withdrawal / Penarikan-diri Alkohol
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Penarikan-diri Zat / Substance Withdrawal (lihat hal. 201). Ciri esensial dari Alcohol Withdrawal adalah hadirnya sebuah ciri sindrom withdrawal / penarikan-diri yang terjadi setelah penghentian (atau pengurangan) dalam penggunaan alkohol yang lama dan berat (Kriteria A dan B. Sindrom Penarikan-diri mencakup dua atau lebih gejala0-gejala berikut ini: hiperaktifitas otonomik (misal, berkeringat atau rata-rata denyut jantung lebih dari 100); tremor / gemetan tangan meningkat; insomnia; agitasi psikomotor; anksietas / anxiety; nausea / mual atau muntah; dan jarang sekali, gran mal seizures atau ilusi atau halusinasi visual transient/sementara, tactile, atau auditoris. Ketika halusinasi atau ilusi diamati, dokter dapat menentukannya dengan Disturbansi Perseptual / Perceptual Disturbances (lihat bawah).
Gejala-gejala penarikan-diri / withdrawal menyebabkan distress/kesulitan yang secara klinis signifikan atau terganggunya area-area sosial, pekerjaan, atau area-area pem-fungsi-an / funtioning penting lainnya (Kriteria C). Gejala-gejala tersebut bukanlah dikarenakan oleh kondisi medikal umum dan bukannya gangguan mental lainnya (misal, Sedatif, Hipnotik, atau Anxiolytic Withdrawal / Penarikan-diri Anksiolitik atau Gangguan Anksietas yang diGeneraliasi / Generalized Anxiety Disorder) (Kriteria D).
Gejala-gejala dapat diredakan dengan pemberian alkohol atau depresan otak lainnya. Gejala-gejala withdrawal biasanya mulai ketika konsentrasi darah karena alkohol menurun tajam (yaitu dalam waktu 4-12 jam) setelah pemakaian alkohol dihentikan atau dikurangi. Karena singkatnya paroh-usia alkohol, gejala-gejala dari Alcohol Withdrawal biasanya intensitasnya memuncak selama hari kedua penghentian dan tampaknya meningkat tajam pada hari keempat atau kelima. Setelah Withdrawal akut, namun, gejala-gejala anksietas, insomnia, dan disfungsi otonomik dapat bertahan hingga 3-6 bulan pada level intensitas rendah.
Kurang dari 10% individu yang mengalami Alcohol Withdrawal akan mengalami gejala-gejala dramatis (misal, hiperaktivitas otonomik parah, tremor/ gemetar, dan Alcohol Withdrawal Delirium). Grand mal seizures terjadi kurang dari 3% dari individu yang ada. Alcohol Withdrawal Delirium (hal. 143) mencakup disturbansi/disturbance dalam kesadaran dan kognisi dan halusinasi visual, tactile, atau auditoris (”delirium tremens”, atau ”DTs”). Ketika terjadi Alcohol Withdrawal Delirium, kemungkinannya bahwa kondisi medikal umum yang secara klinis relevan dapat ada (misal, gagal liver, pneumonia, pendarahan gastrointestine, sequelae dari trauma kepala, hypoglycemia, ketidakseimbangan elektrolit, atau status pasca-operatif).

Spesifier / Penentu
Spesifier berikut ini dapat digunakan untuk mendiagnosis Alcohol Withdrawal:
Dengan disturbanse/disturbance Perseptual. Spesifier ini dapat diperhatikan dalam contoh langka ketika halusinasi dengan pengujian realitas utuh atau ilusi auditoris, visual atau tactile terjadi karena tidak adanya delirium. Intact reality testing berarti bahwa orang tersebut mengetahui bahwa halusinasinya dipicu oleh zat tersebut dan tidak merepresentasikan realitas eksternal. Ketika halusinasi terjadi di dalam ketidak-hadiran pengujian realitas utuh / intact reality testing, sebuah diagnosis dari Substance-Induced Psychotic Disorder, With Hallucinations (Gangguan Psikotik Dipicu Zat, dengan Halusinasi), hendaknya dipertimbangkan.

Kriteria Diagnostik untuk 291.81 Alcohol Withdrawal / Penarikan-diri Alkohol
    1. Penghentian (atau pengurangan) pemakaian alkohol yang telah berlangsung lama dan berat.
    2. Dua (atau lebih) kriteria berikut, berkembang dalam hitungan beberapa jam hingga beberapa hari setelah Kriteria A:
  1. hiperaktivitas otonomik (misal, berkeringat atau rata-rata denyut jantung diatas 100).
  2. Peningkatan gemetar / tremor tangan
  3. Insomnia
  4. Mual atau muntah
  5. Ilusi atau halusinasi visual, tactile atau auditoris sementara.
  6. Agitasi psikomotorik
  7. Anxiety/anksietas
  8. Grand mal seizures
    1. Gejala-gejala di dalam Kriteria B menyebabkan distress / kesedihan yang secara klinis signifikan atau terganggunya area-area sosial, pekerjaan, atau area-area pem-fungsi-an penting lainnya.
    2. Gejala-gejalanya bukan karena kondisi medikal umum dan bukan karena gangguan mental lainnya.
Tentukan jika: Dengan Perceptual Dustirbances / Disturbansi Perseptual.

Gangguan/Disorder Terkait - Amfetamin (atau Mirip-Amfetamin)
Kelas amfetamin dan zat mirip-amfetamin termasuk semua zat dengan struktur pengganti-phenylethylamine, seperti amfetamin, dextroamfetamin, dan metaamfetamin (”kecepatan”). Juga memicu zat-zat yang secara struktural berbeda tapi juga memiliki aksi mirip-amfetamin, seperti methylphenidate atau agen-agen yang digunakan sebagai penekan selera makan (”pil-pil diet”). Zat-zat ini biasanya diberikan secara oral atau secara intravenous, meskipun metaamfetamin juga diberikan melalui jalur nasal (snorting / hirup”). Sebuah bentuk metaamfetamin yang sangat murni yang disebut dengan ”ice” karena penampilan kristalnya ketika diamati di bawah kaca pembesar. Karena kemurniannya tinggi dan titik penguapannya relatif rendah, sebagaimana berlaku untuk ”crack”, ice dapat dirokok untuk menghasilkan efek stimulan yang langsung dan kuat. Sebagai tambahan pada senyawa-senyawa sintetis mirip-amfetamin, terdapat stimulan dari tanaman yang terjadi secara alami seperti khat yang dapat menyebabkan Penyalahgunaan atau Ketergantungan. Tidak seperti kokain, yang selalu dibeli di pasar gelap, amfetamin dan stimulan-stimulan lainnya dapat diperoleh dengan resep untuk pengobatan obesitas, Attention-Deficit/ Hyperactivity Disorder, dan Narcolepsy. Stimulan-stimulan yang diresepkan kadangkala telah dialihkan ke pasar gelap, seringkali dalam konteks program pengatur berat badan. Sebagian besar efek dari amfetamin dan obat-obatan mirip-amfetamin serupa dengan efek dari kokain. Namun, tidak seperti kokain, zat ini tidak memiliki aktivitas anastetik lokal (yaitu saluran ion membran); sehingga, resikonya untuk memicu kondisi-kondisi medis umum tertentu (yaitu cardiac arrhytmias dan seizures) dapat cukup rendah. Efek-efek psikoaktif dari kebanyakan zat mirip-amfetamin berlangsung lebih lama daripada kokain, dan efek-efek simpatomimetik periferal dapat lebih manjur.
Bagian ini mengandung pembahasan yang spesifik pada Amphetamine-Related Disorders. Teks dan susunan kriteria telah disediakan untuk aspek-aspek generik dari Ketergantungan Zat (hal. 192) dan Penyalah-gunaan Zat (hal. 198) yang berlaku pada semua zat. Penerapan dari kriteria umum ini pada Ketergantungan dan Penyalah-gunaan Amfetamin disediakan di bawah ini. Namun, tidak ada susunan kriteri unik untuk Ketergantungan dan Penyalah-gunaan Amfetamin. Teks dan susunan kriteria spesifik untuk Intoksikasi Amfetamin dan Penarikan-diri Amfetamin / Amphetamine Withdrawal juga disajikan berikut ini. Amphetamine-Induced Disorders / Gangguan Dipicu-Amfetamin (selain Intoksikasi Amfetamin dan Penarikan-diri Amfetamin / Amphetamine Withdrawal) telah dideskripsikan dalam bagian-bagian dari panduan untuk gangguan / disorder yang memiliki fenomenologi sama (yaitu, Amphetamine-Induced Mood Disorders/ Gangguan Suasana-hati Dipicu-Amfetamin pun dicantumkan dalam bagian ”Mood Disorders / Gangguan Suasana-hati”).

Amphetamine Use Disorders / Gangguan Pemakaian Amfetamin
304.40 Ketergantungan Amfetamin
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Ketergantungan Zat (hal. 192). Pola pemakaian dan jalannya Ketergantungan Amfetamin adalah mirip pada Ketergantungan Kokain karena kedua zat adalah stimulan sistem syarat pusat yang manjur dengan efek-efek psikoaktif dan simpatomimetik yang sama. Namun, amfetamin beraksi lebih lama daripada kokain sehingga biasanya diberikan-secara-sendiri beberapa kali per hari. Sedangkan pada Ketergantungan Kokain, pemakaiannya dapat bersifat kronik atau episodik, dengan diberikan secara sesuka hati (speed runs”) dengan periode-periode bebas-obat singkat. Perilaku agresif dan kasar pun dikaitkan dengan Ketergantungan Amfetamin, khususnya ketika dosis tinggi dihisap/dirokok, di-ingest / dimasukkan, atau diberikan secara intravenous. Sedangkan pada kokain, anxietas intens tapi temporer mencerminkan Panic Disorder atau Generalized Anxiety Disorder, serta ideasi paranoid dan episode-episode psikotik yang mencerminkan Schizophrenia, Tipe Paranoid, seringkali tampak, khususnya dalam kaitan dengan penggunaan dosis tinggi. Keadaan-keadaan withdrawal seringkali terkait dengan gejala-gejala depresif temporer tapi secara potensial intens yang dapat mencerminkan Major Depressive Episode / Episode Depresif Utama. Toleransi terhadap amfetamin membuat dan seringkali mengarah pada eskalasi / peningkatan substansial dosisnya. Kebalikannya, beberapa orang yang mengalami Ketergantungan Amfetamin mengalami sensitisasi, yang disebabkan oleh peningkatan augmentasi dari efek setelah paparan berulang kali. Di dalam kasus-kasus ini, dosis-dosis kecil dapat menyebabkan stimulan yang jelas dan efek-efek neurologis dan mental yang merugikan.

305.70 Penyalah-gunaan Amfetamin
Mengacu pada, sebagai tambahan, pada teks dan kriteria untuk Penyalah-gunaan Zat (lihat hal. 198). Bahkan oarnag-orang yang pola penggunaannya tidak sesuai dengan kriteria untuk Ketergantungan dapat mengalami permasalahan jamak dengan zat ini. Kesulitan legal biasanya muncul sebagai hasil dari perilaku sedangkan intokasikasi denan amfetamin (khususnya perilaku agresif), sebagai konsekuensi mendapatkan obat ini di pasar gelap, atau sebagai akibat dari kepemilikan atau penggunaan obat ini. Kadangkala, oarnag-orang yang mengalami Penyalah-gunaan Amfetamin akan terlibat dalam tindak-tindak ilegal (misal, memproduksi amfetamin, mencuri) untuk mendapatkan obat ini; namun, perilaku ini lebih umum terjadi pada Ketergantungan. Oarang-orang dapat terus menggunakan zat ini meskipun mengetahui bahwa pemakaian terus menerus akan menyebabkan pertengkaran dengan para anggota keluarga sementara orang yang mengalami intoksikasi atau menunjukkan contoh buruk pada anak atau para anggota keluarga dekat. Ketika permasalahan ini disertai dengan bukti toleransi, penarikan-diri / withdrawal, atau perilaku kompulsif, sebuah diagnosis Ketergantungan Amfetamin daripada Penyalah-gunaan hendaknya dipertimbangkan. Namun, karena gejala-gejala dari toleransi, withdrawal/penarikan diri atau pemakaian kompulsif dapat terjadi pada orang-orang yang mengalami Penyalah-gunaan tapi tidak pada Ketergantungan, penting untuk menentukan apakah kriteria penuh untuk Ketergantungan telah terpenuhi.


Gangguan Dipicu Amfetamin
292.89 Intoksikasi Amfetamin
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Intoksikasi Zat (lihat hal. 199). Ciri esensial dari Intoksikasi Amfetamin adalah hadirnya perilaku menyimpang yang secara klinis signifikan atau perubahan-perubahan fisiologikal yang terbentuk pada saat, atau sesaat setelah, pemakaian amfetamin atau zat terkait (Kriteria A dan B). Intoksikasi Amfetamin umumnya dimulai dengan perasaan ”high / melayang”, diikuti dengan pengembangan gejala-gejala seperti euforia dengan peningkatan kekuatan/semangat, gregariousness / kecenderungan berkumpul, hiperaktifitas, gelisah, hipervigilance / kewaspadaan tinggi, sensitivitas interpersonal, suka-ngomong / talkativeness, anxiety, tension / ketegangan, alertness/waspada, grandiosity/menyombongkan diri, perilaku stereotipikal dan repetitif, marah, berkelahi, dan pertimbangan yang terganggu. Dalam kasus intoksikasi akut, mungkin ada keterus-terangan dengan keletihan atau kesedihan dan penarikan-diri sosial. Perilaku ini dan perubahan fisiokologikal disertai dengan dua atau lebih tanda-tanda dan gejala-gejala berikut ini: tachycardia atau bradycardia; pupillary dilation; kenaikan atau penurunan tekanan darah; perspirasi atau menggigil; mual atau muntah; penurunan berat badan; agitasi psikomotorik atau retardasi; kelemahan muskular, depresi respirasi, nyeri dada, atau cardiac arrhythmia; dan kebingungan, zeisure, dyskinesia, dystonia, atau koma (Kriteria C). Intoksikasi Amfetamin, baik yang akut atau yang kronik, seringkali dikaitkan dengan terganggunya fungsi sosial dan pekerjaan, gejala-gejalanya tidak boleh karena kondisi medis umum dan bukannya gangguan mental lainnya (Kriteria D). Besaran dan manifestasi dari perilaku dan perubahan fisiologikal tergantung pada dosis yang digunakan dan karakteristik individual dari orang yang menggunakan zat tersebut (misal, toleransi, tingkat penyerapan, kronisitas pemakaian). Perubahan yang terkait dengan intoksikasi mulai biasanya dalam hitungan menit (dan kadangkala dalam hitungan detik) setelah zat digunakan tapi dapat berlangsung selama 1 jam, tergantung pada obat spesifik dan metode pemberiannya.

292.0 Penarikan-diri Amfetamin
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Penarikan-diri Amfetamin (lihat hal. 201). Ciri esensial dari Penarikan-diri Amfetamin adalah hadirnya karakteristik sindrom penarikan-diri yang terbentuk dalam hitungan beberapa jam hingga beberapa hari setelah penghentian (atau pengurangan) pemakaian amfetamin yang lama dan berat (Kriteria A dan B). Gejala-gejala dari penarikan diri adalah, secara umum, kebalikan dari apa yang terlihat pada intoksikasi. Sindrom penarikan-diri ditentukan oleh pembentukan suasana hati dysphoric dan dua atau lebih perubahan fisiologikal: letih, mimpi yang terasa nyata dan tidak menyenangkan, insomnia atau hipersomnia, peningkatan selera makan, dan agitasi atau retardasi psikomotor. Anhedonia dan ketagihan obat dapat muncul tapi bukan bagian dari kriteria diagnostik. Gejala-gejala tersebut menyebabkan distress/kesusahan yang secara klinis signifikan atau terganggunya area-area sosial, pekerjaan atau area-area fungsi penting lainnya (Kriteria C). Gejala-gejala ini tidak boleh karena kondisi medikal umum dan bukannya gangguan mental lainnya.
Gejala-gejala penarikan-diri jelas (”crashing”) seringkali mengikuti sebuah episode pemakaian obat dosis tinggi yang intens (sebuah ”speed run”). ”Crash” ini ditentukan dengan perasaan yang tidak enak dan intens mengenai kelesuan dan depresi, umumnya membutuhkan istirahat beberapa hari dan rekuperasi. Kehilangan berat badan umumnya terjadi selama pemakaian stimulan yang berat, sedangkan peningkatan jelas dalam selera makan dengan kenaikan berat badan cepat seringkali teramati selama penarikan-diri. Gejala-gejala depresif dapat berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu dan dapat disertai dengan ideasi bunuh-diri. Mayoritas luas dari orang-orang yang mengalami Ketergantungan Amfetamin telah mengalami sindrom penarikan-diri pada poin yang sama dalam kehidupan mereka, dan secara nyata semuanya melaporkan toleransi.



Gangguan Terkait Kafein
Kafein dapat dikonsumsi dari sejumlah sumber, termasuk kopi (dimasak = 100-140 mg/8 oz, instan = 65-100 mg/8 oz), teh (10-100 mg/8 oz), soda berkafein (45mg/12oz), analgesik yang dijual bebas dan obat demam (25-50 mg/tablet), pil-pil antikantuk (100-200mg/tablet) dan pembantu penurun berat badan (75-200 mg/tablet). Coklat dan kakao memiliki tingkat kafein yang jauh lebih rendah (yaitu, 5 mg/coklat batangan). Konsumsi kafein ada dimana-mana di Amerika Serikat, dengan rata-rata asupan kafein sebesar 200mg/hari, dan hingga 30% orang Amerika mengkonsumsi 500 mg lebih per hari. Beberapa orang yang meminum sejumlah besar kopi menunjukkab beberapa aspek ketergantungan pada kafein dan menunjukkan toleransi dan mungkin withdrawal. Namun, datanya tidak memadahi saat ini untuk menentukan apakah gejala-gejala ini terkait dengan kegagalan yang signifikan secara fisik yang sesuai dengan kriteria untuk Ketergantungan Zat atau Penyalahgunaan Zat. Berbeda dengan ini, terdapat bukti bahwa Intoksikasi Kafein dapat secara klinis signifikan, dan teks serta kriteria spesifik pun diberikan di bawah ini. Bukti terbaru juga menunjukkan kemungkinan relevansi klinis dari penarikan-diri kafein; sebuah susunan kriteria penelitian dicantumkan pada hal. 765. Gangguan Dipicu Kafein (lain dari Intoksikasi Kafein) pun dideskripsikan dalam seksi-seksi panduan pada gangguan / disorders yang mana memiliki fenomenologi yang sama (yaitu, Gangguan Anxietas Dipicu Kafein termasuk dalam seksi ”Gangguan Anxietas”).

Gangguan Dipicu Kafein
305.90 Intoksikasi Kafein
Mengacu pada, sebagai tambahan, pada teks dan kriteria untuk Intoksikasi Zat (lihat hal. 199). Ciri penting dari Intoksikasi Kafein adalah konsumsi kafein baru-baru ini dan lima atau lebih gejala yang terjadi selama, atau sesaat setelah pemakaian kafein (Kriteria A dan B). Gejala-gejala yang dapat muncul setelah ingestion/ingesi dari setidaknya 100 mg kafein per hari termasuk kersahan, kegugupan, kegembiraan, insomnia, wajah merah, diuresis, dan keluhan-keluhan gastrointestinal. Gejala-gejala yang umumnya muncul pada level yang lebih dari 1 g/hari termasuk kejang otot, bicara dan pikiran melantur, takikardia atau cardiac arrhythmia, periode-periode yang tak ada letihnya, dan agitasi psikomotor. Intoksikasi kafein tidak dapat terjadi meskipun asupan kafein tinggi karena pembentukan toleransi. Gejala-gejala harus menyebabkan distress/kesedihan yang secara klinis penting atau gangguan pada area-area sosial, pekerjaan atau area-area fungsi penting lainnya (Kriteria C). Gejala-gejalanya tidak boleh karena kondisi medikal umum dan bukanlah gangguan mental lainnya (misal, Gangguan Anxietas) (Kriteria D).

292.9 Gangguan Terkait Kafein Tidak Ditentukan Sebaliknya
Kategori Gangguan Terkait Kafein Tidak Ditentukan Sebaliknya adalah untuk gangguan-gangguan yang terkait dengan pemakaian kafein yang tidak diklasifikasikan sebagai Intoksikasi Kafein, Gangguan Anxietas Dipicu Kafein, atau Gangguan Tidur Dipicu Kafein. Contohnya adalah penarikan-diri kafein (lihat hal. 764 untuk kriteria penelitian ini).

Gangguan Terkait Cannabis
Bagian ini mencakup permasalahan yang terkait dengan zat yang diderivasi dari tanaman cannabis (cannabinoid) dan secara kimia serupa dengan senyawa sintetis. Ketika bagian atas daun, bagian atas tanaman dan batang tanaman dipotong, dikeringkan dan digulung menjadi rokok, produk ini biasanya disebut dengan marijuana atau bhang. Hashish adalah eksudasi resinous yang dikeringkan yang merembes dari bagian ujung dan di bawah daun cannabis; minyak hashish adalah distilasi konsentrat hashish. Beberapa tahun belakangan, bentuk potensi tinggi lainnya dari cannabis, sensimilla, telah diproduksi di Asia, Hawai dan California. Cannabinoid biasanya dirokok, tapi dapat dikonsumsi secara oral, biasanya dicampur dengan teh atau makanan. Cannabinoid yang telah diidentifikasi bertanggung jawab utama untuk efek-efek psikoaktif dari cannabis adalah delta-9-tetrahydrocannobinol (juga dikenal dengan THC, atau delta-9-THC), sebuah zat yang jarang sekali tersedia dalam bentuk murni. Cannabinoid memiliki efek-efek beragam pada otak, yang paling penting diantaranya adalah aksi-aksi pada reseptor-reseptor cannabinoid CB1 dan CB2 yang ditemukan diseluruh sistem syaraf pusat. Ligand-ligand endogenus untuk reseptor-reseptor ini, anandamide dan N-palmitoethanolamide, secara esensial bertindak seperti neurotransmiter. Kandungan THC dari marijuana telah meningkat secara signifikan sejak tahun 1960an dari rata-rata sekitar 1%-5% menjadi sebesar 10%-15%. delta-9-THC sintetis telah digunakan untuk kondisi-kondisi medikal umum (yaitu, untuk mual dan muntah yang diserbabkan oleh kemoterapi, untuk anoreksia dan kehilangan berat badan pada orang-orang yang mengalami AIDS).
Bagian ini mengandung pembahasan spesifik tentang Gangguan-Terkait-Cannabis. Teks ran susunan kriteria telah disediakan untuk menjelaskan aspek-aspek umum dari Ketergantungan Zat (hal. 192) dan Penyalah-gunaan Zat (hal. 198) yang berlaku pada semua zat. Penerapan kriteria umum ini pada Ketergantungan Cannabis dan Penyalah-gunaan Cannabis telah disediakan di bawah. Namun, tidak ada susunan kriteria unik untuk Ketergantungan Cannabis dan Penyalahgunaan Cannabis. Sebuah teks dan kriteria untuk Intoksikasi Cannabis juga disediakan di bawah. Gejala-gejala yang mungkin ada pada penarikan-diri cannabis (misal, mudah tersinggung atau suasana-hati gelisah yang disertai dengan perubahan fisiologis seperti tremor, perspirasi, nausea/mual, perubahan selera makan, dan gangguan tidur) telah dideskripsikan dalam kaitan dengan pemakaian dosis sangat tinggi, tapi signifikansi klinisnya belum jelas. Untuk alasan-alasan ini, diagnosis dari penarikan-diri cannabis tidaklah dicantumkan dalam panduan ini. Gangguan Dipicu Cannabis (selain Intoksikasi Cannabis) dideskripsikan dalam bagian dari panduan ini dengan gangguan-ganguan yang memiliki fenomenologi yang sama (misal, Gangguan Suasana-hati Dipicu Cannabis termasuk dalam seksi ”Gangguan Suasana-hati”).

Cannabis Use Disorders / Gangguan Pemakaian Cannabis
304.30 Ketergantungan Cannabis
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan criteria untuk Ketergantungan Zat (lihat hal. 192). Orang-orang yang mengalami Ketergantungan Cannabis memiliki pemakaian kompulsif dan permasalahan-permasalahan terkait. Toleransi pada sebagian besar efek cannabis telah dilaporkan pada orang-orang yang menggunakan cannabis secara kronikal. Juga telah ada beberapa laporan tentang gejala-gejala penarikan-diri, tapi signifikansi klinikalnya tidak pasti. Terdapat beberapa bukti bahwa mayoritas dari para pemakai kronik cannabinoid melaporkan riwayat toleransi atau penarikan-diri dan bahwa orang-orang ini menunjukkan permasalahan terkait obat jauh lebih parah secara keseluruhan. Orang-orang yang mengalami Ketergantungan Cannabis dapat menggunakan cannabis yang sangat manjur sepanjang hari pada periode berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dan mereka dapat menghabiskan beberapa jam sehari mendapatkan dan menggunakan zat ini. Hal ini seringkali mengganggu keluarga, sekolah, pekerjaan, atau aktivitas rekreasional. Orang-orang yang mengalami Ketergantungan Cannabis juga dapat tetap menggunakannnya meskipun mengetahui permasalahan fisik yang ditimbulkan (misal, batuk kronik terkait merokok) atau permasalahan psikologis (misal, sedasi berlebihan dan penurunan aktivitas berorientasi tujuan yang menyebabkan pengulangan pemakaian dosis tinggi).

305. 20 Penyalah-gunaan Cannabis
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Penyalah-gunaan Zat (lihat hal. 198). Pemakaian periode Cannabis dan intoksikasi dapat mengganggu kinerja di tempat kerja atau di sekolah dan mungkin dapat membahayakan secara fisik dalam situasi-situasi seperti mengendarai mobil. Permasalahan-permasalahan legal dapat terjadi sebagai konsekuensi penahanan karena kepemilikan cannabis. Juga dapat terjadi pertengkaran dengan pasangan atau orang tua atas kepemilikan cannabis di dalam rumah atau pemakaiannya dihadapan anak. Ketika permasalahan fisiologis dan fisik terkait dengan cannabis dalam konteks pemakaian kompulsif, sebuah diagnosa tentang Ketergantungan Cannabis, bukannya Penyalah-gunaan Cannabis, hendaknya dipertimbangkan.



Gangguan Dipicu Cannabis
Intoksikasi Cannabis
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Intoksikasi Zat (lihat hal. 199). Ciri penting dari Intoksikasi Cannabis adalah hadirnya perilaku menyimpang yang secara klinis signifikan atau perubahan-perubahan fisiologis yang terbentuk selama, atau sesaat setelah, pemakaian Cannabis (Kriteria A dan B). Intoksikasi biasanya dimulai dengan perasaan ”high / melayang” yang diikuti dengan gejala-gejala yang mencakup euforia dengan tawa yang tidak pada tempatnya dan grandiosity / grandiositas, sedasi, lethargy, kerusakan dalam ingatan jangka pendek, sulit melakukan proses-proses mental kompleks, pertimbangan yang terganggu, persepsi-persepsi sensoris yang terdistorsi, kerusakan kinerja motorik, dan sensasi bahwa waktu berjalan lambat. Kadangkala, anxietas (yang dapat menjadi parah), dysphoria, atau penarikan-diri sosial pun terjadi. Efek-efek psikoaktif disertai dengan dua atau lebih dari tanda-tandar berikut ini, terjadi dalam waktu 2 jam pemakaian cannabis: injeksi konjungtival, peningkatan selera makan, mulut kering, dan takikardia (Kriteria C). Gejala-gejalanya harus tidak boleh karena kondisi medis umum dan bukanlah gangguan mental lain (Kriteria D).
Intoksikasi terjadi dalam hitungan menit jika cannabis dirokok, tapi dapat membutuhkan waktu berjam-jam untuk terjadi jika dimasukkan secara oral. Efeknya biasanya bertahan selama 3-4 jam, durasinya agak lebih lama ketika zat ini dimasukkan secara oral. Besaran dari perubahan fisiologis dan perilaku tergantung pada dosis, metode pemberian, dan karakteristik individual dari orang yang menggunakan zat, seperti tingkat absorpsi / penyerapan, toleransi, dan sensitivitas terhadap efek-efek dari zat ini. Karena kebanyakan cannabinoid, termasuk delta-9-THC, adalah larut dalam lemak, efek dari cannabis atau hashish kadangkala dapat bertahan atau terjadi kembali selama 12-24 jam dikarenakan pelepasan lambat dari zat psikoaktif dari jaringan lemak atau pada sirkulasi enterohepatik.


Spesifier / Penentu
Spesifier / penentu berikut ini dapat diterapkan pada diagnosis Intoksikasi Cannabis:
Dengan disturbanse/disturbance Perseptual. Spesifier ini dapat diperhatikan ketika halusinasi dengan pengujian realitas utuh atau ilusi auditoris, visual atau tactile terjadi karena tidak adanya delirium. Intact reality testing berarti bahwa orang tersebut mengetahui bahwa halusinasinya dipicu oleh zat tersebut dan tidak merepresentasikan realitas eksternal. Ketika halusinasi terjadi di dalam ketidak-hadiran pengujian realitas utuh / intact reality testing, sebuah diagnosis dari Substance-Induced Psychotic Disorder, With Hallucinations (Gangguan Psikotik Dipicu Zat, dengan Halusinasi), hendaknya dipertimbangkan.

Gangguan Terkait Kokain / Cocaine-Related Disorders
Kokain, sebuah zat yang terjadi secara alami yang dihasilkan oleh tanaman coca, dikonsumsi dalam beberapap preparasi (misalnya, pasta koka, kokain hidroklorida, dan alkaloid-alkaloid kokain seperti freebase dan crack) yang berbeda dalam hal kemampuan / potensi dikarenakan tingkat kemurnian dan kecepatan muncul/onsetnya yang berbeda. Namun, dalam semua bentuk, kokain adalah bahan aktif. Mengunyah daun coca adalah praktek yang secara umum terbatas pada penduduk asli di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, dimana kokain tumbuh. Penggunaan pasta coca, adalah ekstrak mentah dari tumbuhan coca, terjadi hamper secara eksklusfi di negara-negara penghasil kokain di Amerika Tengah dan Selatan, yang nama julukannya adalah “basulca. Pelarut / solvent yang digunakan dalam preparasi dari pasta coca seringkali mengkontaminasi pastanya dan dapat menyebabkan efek toksik di dalam sistem syarat pusat dan sistem-sistem organ lainnya ketika pasta tersebut dirokok. Serbuk hidroklorida kokain biasanya di”snorted/dihirup” melalui nostril (“menghirup”) atau diencerkan dalam air dan disuntikkan secara intravenous. Kadangkala dicampur dengan heroin, menghasilkan kombinasi obat yang disebut dengan “speedball”.
Bentuk kokain yang umum digunakan di Amerika Serikat adalah ”crack”, sebuah alkaloid kokain yang diekstrak dari serbuk garam hidrokloridanya dengan dicampur sodium bikarbonat dan dibiarkan mengering menjadi ”rock / bongkah” kecil. Crack berbeda dari bentuk-bentuk lain kokain yang terutama karena mudah menguap dan terhirup dan maka efeknya memiliki onset /kemunculan yang sangat cepat. Sindroma klinis dan efek-efek merugikan yang terkait dengan pemakaian crack adalah sama dengan efek yang dihasilkan oleh dosis sebanding dari preparasi-preparasi kokain lainnya. Sebelum ditemukannya crack, kokain dipisah dari basa hidrokloridanya dengan memanaskannya dengan ether, amonia, atau beberapa solvent / pelarut volatil. Hasilnya adalah kokain ”free base” yang kemudian dirokok. Pross ini sangat berbahaya karena resiko bahwa solvent/pelarutnya dapat terbakar dan membahayakan pemakai.
Bagian ini mengandung pembahasan-pembahasan spesifik tentang Cocaine-Related Disorders / Gangguan-gangguan Terkait Kokain. Teks dan susunan kriteria telah disediakan untuk menjelaskan aspek-aspek generik dari Ketergantungan Zat (hal. 192) dan Penyalah-gunaan Zat (hal. 198) yang berlaku pada semua zat. Penerapan dari kriteria umum ini pada Ketergantungan Kokain dan Penyalah-gunaan Kokain disajikan dibawah. Namun, tidak ada susunan kriteria unik untuk Ketergantungan Kokain atau Penyalah-gunaan Kokain. Teks-teks spesifik dan susunan-susunan kriteria untuk Intoksikasi Kokain dan Penarikan-diri Kokain / Cocaine Withdrawal juga disajikan di bawah. Gangguan Dipicu Kokain / Cocaine-Induced Disorders (selain Intoksikasi Kokain dan Penarikan-diri /Withdrawal) pun dideskripsikan dalam bagian-bagian dari panduan tentang disoder / gangguan yang memiliki fenomenologi yang sama (misal, Gangguan Suasana-hati Dipicu Kokain pun dicantumkan dalam bagian/seksi ”Gangguan Suasana-hati”).

Gangguan Pemakaian Kokain
304.20 Ketergantungan Kokain
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Ketergantungan Zat (lihat hal. 192). Kokain memiliki efek-efek euforik yang sangat manjur, dan orang-orang yang dipaparkan padanya dapat mengalami Ketergantungan setelah pemakaian obat ini untuk periode waktu yang singkat. Sebuah tanda awal dari Ketergantungan Kokain adalah ketika orang tersebut merasa semakin kesulitan untuk menahan diri menggunakan kokain kapanpun tersedia. Karena usia-pakainya pendek sekitar 30-50 menit, terdapat kebutuhan untuk dosis sering / acapkali untuk memertahankan ”high”. Orang-orang yang mengalami Ketergantungan Kokain dapat menghabiskan sejumlah besar uang pada obat-obatan ini dengan periode waktu yang sangat pendek. Akibatnya, orang yang zat ini dapat terlibat dalam pencurian, prostitusi, atau penjualan obat-obatan terlarang atau mungkin meminta upah terlebih dulu untuk mendapatkan dana untuk membelinya. Orang-orang yang mengalami Ketergantungan Kokain seringkali merasa perlu untuk menghentikan pemakaian selama beberapa hari untuk beristirahat atau untuk mendapatkan dana tambahan. Tanggung jawab penting seperti pekerjaan atau perawatan anak dapat sangat diabaikan untuk mendapatkan atau memakai kokain. Komplikasi mental atau fisik dari pemakaian kronik seperti ideasi paranoid, perilaku agresif, anxietas, depresi, dan kehilangan berat badan adalah hal umum. Mengesampingkan jalannya pemberian, toleransi dapat terjadi dengan adanya pemakaian berulang. Gejala-gejala withdrawal / penarikan-diri, khususnya hipersomnia, peningkatan selera makan, dan suasana-hati dysphoric, dapat dilihat dan kemungkinan dapat meningkatkan ketagihan dan kemungkinan terjadinya relapse / kambuh. Sebagian besar orang yang mengalami Ketergantungan Kokain mengalami tanda-tanda ketergantungan fisiologis pada kokain (toleransi atau penarikan-diri) pada suatu saat selama jalannya pemakaian zat mereka. Tujuan dari ”With Physiological Dependence / Dengan Ketergantungan Fisiologikal” adalah dikaitkan dengan kemunculan / onset awal dari Ketergantungan dan lebih banyak permasalahan terkait kokain.

305.60 Penyalah-gunaan Kokain
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Penyalahgunaan Zat (lihat hal. 198). Intensitas dan frekuensi dari pemberian kokain adalah lebih sedikit dalam Penyalah-gunaan Kokain jika dibandingkan dengan Ketergantungan Kokain. Episode-episode dari permasalahan penggunaan, mengabaikan tanggung jawa, dan konflik interpersonal seringkali terjadi sekitar saat gajian atau saat-saat tertentu, menyebabkan sebuah pola periode-periode singkat (berjam-jam hingga beberapa hari) dari pemakaian dosis tinggi diikuti dengan periode-periode yang jauh lebih panjang (mingguan hingga bulanan) dari pemakaian nonproblematis atau pantangan sesekali. Kesulitan-kesulitan legal dapat terjadi dari kepemilikan atau penggunanan obat-obatan ini. Ketika permasalahan terkait dengan pemakaian yang disertai dengan bukti toleransi, penarikan-diri, atau perilaku kompulsif terkait dengan pemerolehan dan pemberian kokain, sebuah diagnosis tentang Ketergantungan Kokain daripada Penyalah-gunaan Kokain hendaknya dipertimbangkan. Namun, karena beberapa gejala toleransi, penarikan-diri, atau pemakaian kompulsif dapat terjadi pada orang-orang yang mengalami Penyalah-gunaan tapi tidak pada Ketergantungan, maka penting untuk menentukan apakah kriteria penuh untuk Ketergantungan sudah terpenuhi.

Gangguan Dipicu Kokain
292.89 Intoksikasi Kokain
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Intoksikasi Zat (lihat hal. 199). Ciri penting dari Intoksikasi Kokain adalah hadirnya perilaku menyimpang yang secara klinis signifikan atau perubahan-perubahan fisiologikal yang terjadi selama, atau sesaat setelah, pemakaian kokain (Kriteria A dan B). Intoksikasi kokain biasanya dimulai dengan perasaan ”high / melayang” dan mencakup satu atau lebih hal berikut: euforia dengan peningkatan kekuatan/semangat, gregariousness / kecenderungan berkumpul, hiperaktifitas, gelisah, hipervigilance / kewaspadaan tinggi, sensitivitas interpersonal, suka-ngomong / talkativeness, anxiety, tension / ketegangan, alertness/waspada, grandiosity/menyombongkan diri, perilaku stereotipikal dan repetitif, marah, berkelahi, dan pertimbangan yang terganggu, dan dalam kasus intoksikasi kronik, memengaruhi keterus-terangan dengan keletihan atau kesedihan dan penarikan-diri sosial. Perilaku ini dan perubahan fisiokologikal disertai dengan dua atau lebih tanda-tanda dan gejala-gejala yang terjadi pada saat atau sesaat setelah pemakaian kokain: tachycardia atau bradycardia; pupillary dilation/dilasi pupiler; kenaikan atau penurunan tekanan darah; perspirasi atau menggigil; mual atau muntah; penurunan berat badan; agitasi psikomotorik atau retardasi; kelemahan muskular, depresi respirasi, nyeri dada, atau cardiac arrhythmia; dan kebingungan, zeisure, dyskinesia, dystonia, atau koma (Kriteria C). Intoksikasi, baik yang akut atau yang kronik, seringkali dikaitkan dengan terganggunya fungsi sosial dan pekerjaan. Intoksikasi parah dapat mengarah pada konvulsi, cardiac arrhythmia, hyperpyrexia, dan kematian. Untuk mendiagnosis Intoksikasi Kokain, gejala-gejalanya tidak boleh karena kondisi medis umum dan bukannya gangguan mental lainnya (Kriteria D).
Besaran dan arah dari perubahan perilaku dan fisiologikal tergantung pada banyak variabel, termasuk dosis yang digunakan dan karakteristik individual dari orang yang menggunakan zat tersebut (misal, toleransi, tingkat penyerapan, kronisitas pemakaian, konteks dimana zat tersebut digunakan). Efek-efek stimulan seperti euforia, peningkatan denyut dan tekanan darah, dan aktivitas psikomotorik adalah umum sekali tampak. Efek-efek depresan seperti kesedihan, bradycardia, penurunan tekanan darah dan penurunan aktivitas psikomotor tidak begitu umum dan umumnya muncul hanya dengan pemakaian dosis tinggi.

292.0 Cocaine Withdrawal / Penarikan-diri Kokain
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Penarikan-diri Zat / Substance Withdrawal (lihat hal. 201). Ciri esensial dari Cocaine Withdrawal adalah hadirnya sebuah ciri sindrom withdrawal / penarikan-diri yang terjadi dalam hitungan jam setelah penghentian (atau pengurangan) dalam penggunaan kokain yang lama dan berat (Kriteria A dan B). Sindrom Penarikan-diri dikarakterisasi oleh dua atau lebih perubahan-perubahan fisiologis berikut ini: keletihan, mimpi buruk dan nyata, insomnia, peningkatan nafsu makan, dan retardasi atau agitasi psikomotor. Anhedonia dan ketagihan obat ini seringkali muncul tapi bukanlah bagian dari kriteria diagnostik. Gejala-gejala ini menyebabkan distress/kesedihan yang secara klinis signifikan atau terganggunya area-area sosial, pekerjaan atau area-area pem-fungsi-an / funtioning penting lainnya (Kriteria C). Gejala-gejala tersebut bukanlah dikarenakan oleh kondisi medikal umum dan bukannya gangguan mental lainnya (Kriteria D).
Gejala-gejala penarikan-diri akut (sebuah crash”) seringkali tampak setelah periode-periode pemakaian dosis tinggi repetitif (”runs” atau ”binges”). Periode-periode ini ditentukan oleh perasaan intens dan tidak menyenangkan tentang kelesuan dan depresi dan peningkatan selera makan, umumnya membutuhkan beberapa hari istirahat dan penyembuhan. Gejala-gejala depresif dengan ideasi atau perilaku bunuh diri dapat terjadi dan umumnya permasalahan yang paling serius tampak selama ”crashing” atau bentuk lain dari Penarikan-diri Kokain / Cocaine Withdrawal.

Gangguan-gangguan Terkait Halusinogen / Hallucinogen-Related Disorders
Kelompok zat yang beragam ini mencakup ergot dan senyawa terkait (lysergic acid diethylamide (LSD), morning glory seed) phenylalkylamines (mescaline, ”STP” [2,5-dimethoxy-4-methylamphetamine], dan MDMA [3,4-methylenedioxymethamphetamine; juga disebut dengan ’Ekstasi”]), alkaloid-alkaloid indole (psilocybin, DMT [dimethyl-tryptamine]), dan bermacam senyawa lainnya. Tidak termasuk dalam kelompok ini adalah phencyclidine (PCP) (hal. 278). Meskipun zat-zat ini dapat memiliki efek halusinogen, namun dibahas secara terpisah karena perbedaan signifikan di dalam efek-efek perilaku dan fisiologikalnya yang lain, halusinogen biasanya dikonsumsi secara oral, meskipun DMT dirokok, dan pemakaian dengan jarum suntik juga terjadi.
Bagian ini mengandung pembahasan spesifik tentang Gangguan-gangguan Terkait Halusinogen. Teks-teks dan susunan kriteria telah disediakan untuk menjelaskan aspek-aspek generik dari Ketergantungan Zat (hal. 192) dan Penyalah-gunaan Zat (hal. 198) yang berlaku pada semua zat. Penerapan dari kriteria umum ini pada Ketergantungan Halusinogen dan Penyalahgunaannya disediakan di bawah. Namun, tidak ada susunan kriteria unik untuk Ketergantungan Halusinogen dan Penyalahgunaan Halusinogen. Teks dan kriteria spesifik untuk Intoksikasi Halusinogen juga disediakan di bawah ini. Toleransi yang terjadi pada pemakaian berulang, tapi penarikan-diri yang secara klinis signifikan dari zat-zat ini belumlah terdokumentasi dengan baik. Untuk alasan ini, diagnosis penarikan-diri halusinogen tidaklah dicantumkan di dalam panduan ini. Gangguan-gangguan Dipicu Halusinogen (selain Intoksikasi Halusinogen) pun dijelaskan dalam bagian-bagian dari panduang tentang gangguan yang memiliki fenomenologi yang sama (misal, Gangguan Suasana-hati Dipicu Halusinogen di dalam seksi / bagian ”Gangguan-ganguan Suasana-hati).

Gangguan-gangguan Pemakaian Halusinogen
304.50 Ketergantungan Halusinogen
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Ketergantungan Zat (hal. 192). Salah satu kriteria Ketergantungan generik (yaitu penarikan-diri) tidak berlaku pada halusinogen, dan yang lainnya membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Toleransi telah dilaporkan terjadi dengan cepat pada efek-efek euforik dan psychedelic dari halusinogen-halusinogen tapi tidak adap efek-efek otonomik seperti dilasi pupiler / pupillary dilation, hyperreflexia, peningkatan tekanan pembuluh darah, peningkatan suhu tubuh, piloereksi dan tachycardia. Lintas-toleransi ada antara LSD dan halusinogen-halusinogen lainnya (seperti psilocybin dan mescaline) tapi tidak meningkat pada sebagian besar kategori dari obat-obatan ini seperti PCP dan Cannabis. Pemakaian halusinogen, seringkali terbatas hanya beberapa kali seminggu. Meskipun penarikan-diri telah terbukti pada binatang, laporan-laporan yang jelas tentang ”ketagihan” setelah menghentikan halusinogen pun diketahui. Karena lamanya usia-paroh dari panjangnya durasi aksi dari sebagian besar halusinogen, orang-orang yang mengalami Ketergantungan Halusinogen seringkali menghabiskan waktu berjam-jam hingga berhari-hari menggunakan dan pulih dari efeknya. Berbeda dengan ini, beberapa obat-obatan halusinogen (misalnya DMT) beraksi sangat singkat. Halusinogen dapat terus digunakan meskipun mengetahui efek-efek merugikannya (misal, kerusakan iangatan saat terintoksikasi; ”bad trip / perjalanan buruk”, yang biasanya reaksi-reaksi panik; atau flashback/kilas-balik). Beberapa orang yang menggunakan MDMA (sebuah obat mirip-amfetamin dengan efek-efek halusinogen) mendeskripsikan ”mabok” sehari setelah pemakaiannya yang dikarakterisasi dengan insomnia, keletihan, rasa kantuk, otot-otot rahang letih karena cengkeraman gigi, kehilangan keseimbangan, dan pusing. Karena adulterant-adulterant atau pengganti seringkali dijual sebagai ”asam” atau halusinogen lain, beberapa dari efek-efek merugikan yang dilaporkan dapat disebabkan karena zat seperti strychnine, PCP, atau amfetamin. Beberapa orang dapat menunjukkan reaksi-reaksi perilaku berbahaya (misal, meloncat dari sebuah jendela yang mana dia merasa dapat ”terbang”) karena kurangnya pemahaman dan pertimbangan terganggu saat tengah terintoksikasi. Efek-efk merugikan ini tampaknya lebih umum diantara mereka yang memiliki gangguan-gangguan mental yang sudah ada sebelumnya.

305.70 Penyalah-gunaan Amfetamin
Mengacu pada, sebagai tambahan, pada teks dan kriteria untuk Penyalah-gunaan Zat (lihat hal. 198). Bahkan oarnag-orang yang pola penggunaannya tidak sesuai dengan kriteria untuk Ketergantungan dapat mengalami permasalahan jamak dengan zat ini. Kesulitan legal biasanya muncul sebagai hasil dari perilaku sedangkan intokasikasi denan amfetamin (khususnya perilaku agresif), sebagai konsekuensi mendapatkan obat ini di pasar gelap, atau sebagai akibat dari kepemilikan atau penggunaan obat ini. Kadangkala, oarnag-orang yang mengalami Penyalah-gunaan Amfetamin akan terlibat dalam tindak-tindak ilegal (misal, memproduksi amfetamin, mencuri) untuk mendapatkan obat ini; namun, perilaku ini lebih umum terjadi pada Ketergantungan. Oarang-orang dapat terus menggunakan zat ini meskipun mengetahui bahwa pemakaian terus menerus akan menyebabkan pertengkaran dengan para anggota keluarga sementara orang yang mengalami intoksikasi atau menunjukkan contoh buruk pada anak atau para anggota keluarga dekat. Ketika permasalahan ini disertai dengan bukti toleransi, penarikan-diri / withdrawal, atau perilaku kompulsif, sebuah diagnosis Ketergantungan Amfetamin daripada Penyalah-gunaan hendaknya dipertimbangkan. Namun, karena gejala-gejala dari toleransi, withdrawal/penarikan diri atau pemakaian kompulsif dapat terjadi pada orang-orang yang mengalami Penyalah-gunaan tapi tidak pada Ketergantungan, penting untuk menentukan apakah kriteria penuh untuk Ketergantungan telah terpenuhi.

305.30 Penyalahgunaan Halusinogen
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Penyalahgunaan Zat (lihat hal. 198). Orang-orang yang salah memakai halusinogen kemungkinan menggunakannya tidak begitu sering daripada mereka yang mengalami Ketergantungan. Namun, mereka dapat berulang kali gagal untuk memenuhi kewajiban-kewajiban peran utama di sekolah, pekerjaan, atau rumah karena adanya kerusakan perilaku yang disebabkan oleh Intoksikasi Halusinogen. Orang tersebut dapat menggunakan halusinogen dalam keadaan-keadaan dimana secara fisik berbahaya (misalnya mengendarai sepeda motor atau mobil), dan kesulitan-kesulitan legal yang terjadi disebabkan oleh perilaku-perilaku yang disebabkan oleh intoksikasi atau kepemilikan halusinogen. Mungkin ada kekambuhan permasalahan sosial atau interpersonal dikarenakan adanya perilaku orang tersebut saat terintoksikasi, gaya hidup menyendiri, atau bertengkar dengan orang lain.

Gangguan Dipicu Halusinogen
292.89 Intoksikasi Halusinogen
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Intoksikasi Zat (lihat hal. 199). Ciri esensial dari Intoksikasi Halusinogen adalah hadirnya perilaku menyimpang yang secara klinis signifikan atau perubahan-perubahan fisiologikal (yaitu, anxietas jelas atau depresi, ide-ide referensi, kesulitan memusatkan perhatian, takut gila, ideasi paranoid, pertimbangan yang terganggu, pem-fungsi-an sosial dan pekerjaan yang terganggu) yang terbentuk pada saat, atau sesaat setelah (dalam hitungan menit hingga beberapa jam) pemakaian halusinogen (Kriteria A dan B). Perubahan perseptual adalah bagian penting dari intoksikasi, terbentuk pada saat atau sesaat setelah pemakaian halusinogen dan terjadi dalam keadaan benar-benar terjaga dan waspada (Kriteria C). Perubahan-perubahan ini termasuk intensifikasi subjektif dari persepsi, depersonalisaisi, derealisasi, ilusi, halusinasi, dan synesthesia. Sebagai tambahan, diagnosis mengharuskan bahwa dua dari tanda-tanda fisiologis berikut ini juga ada: pdilasi pupiler / pupillary dilation, tachycardia, berkeringat, palpitasi, pandangan kabur, tremor dan inkoordinasi (Kriteria D). Gejala-gejala harus bukan karena kondisi medikal umum dan bukanlah gangguan mental lainnya (Kriteria E).
Intoksikasi Halusinogen biasanya mulai dengan beberapa efek stimulan seperti gelisah dan aktivasi otonomik. Mual dapat terjadi. Serangkaian pengalaman kemudian mengikuti, dengan dosis yang lebih tinggi menyebabkan gejala-gejala yang lebih intens. Perasaan euforia dapat berselang-seling secara cepat dengan depresi atau anxietas. Ilusi-ilusi visual awal atau peningkatan pengalaman sensoris dapat memberikan halusinasi. Pada dosis rendah, perubahan perseptual seringkali tidak mencakup halusinasi. Sintesthesias (pendarahan dari pancaindera) dapat terjadi, misalnya, dapat dibilang menjadi ”tampak”. Halusinasinya biasanya visual, seringkali bentuk atau sosok geometris, kadangkala orang atau benda. Jarang terjadi, halusinasi auditoris atau tactile dialami. Pada kebanyakan kasus, pengujian realitas pun dipertahankan (yaitu orang tersebut tahu bahwa efeknya adalah dipicu oleh zat yang dia konsumsi).

Gangguan Terkait-Inhalant
Bagian ini mencakup gangguan yang dipicu oleh inhalasi hidrokarbon aliphatic dan aromatik yang ditemukan di dalam zat-zat seperti bensin, lem, tiner cat, dan cat semprot. Hidrokarbon-hidrokarbon terhalogenasi yang kurang umum digunakan (ditemukan dalam pembersih, cairan koreksi mesin ketik, propelan kaleng semprot) dan senyawa-senyawa volatil lainnya yang mengandung ester, ketone dan glycol. Bahan-bahan aktif termasuk toluene, benzene, acetone, tetrachloroethyelene, methanol, dan zat-zat lainnya. Mencerminkan mode-mode aksi yang berbeda dan profil-profil dari permasalahan-permasalahan yang terkait, gangguan-gangguan yang muncul dari pemakaian gas-gas anastetik (yaitu ether, nitrous oxide) juga vasodilator-vasodilator aksi-singkat (yaitu, amyl dan butyl nitrate [”poppers”]) pun dideskripsikan pada Gangguan Terkait Zat Lainnya (atau Unknown / Tidak-diketahui) pada hal. 294. Sebagian besar senyawa yang diinhalasi adalah campuran dari beberapa zat yang dapat menghasilkan efek-efek psikoaktif, dan seringkali sulit untuk memastikan zat yang tepat yang bertanggung jawab untuk gangguan yang ada. Kecuali terdapat bukti jelas bahwa sebuah zat tunggal tanpa campuran yang telah digunakan, istilah umum inhalant akan digunakan dalam mencatat diagnosa. Zat-zat volatil ini tersedia dalam ragam yang sangat banyak dari produk-produk komersial dan dapat digunakan secara bergantian, tergantung pada ketersediaan dan pilihan pribadi. Meskipun ada sedikit perbedaan di dalam efek-efek fisik dan psikoaktif pada senyawa-senyawa yang berbeda, belum cukup pengetahuan tentang efek-efek diferensialnya untuk dapat membedakan. Semuanya mampu untuk menghasilkan Ketergantungan, Penyalahgunaan dan Intoksikasi.
Beberapa metode pun digunakan untuk menghirup / inhalasi uap-uap yang beracun. Yang paling umum, secarik kain yang direndam dalam zat ditempelkan pada mulut dan hidung, dan uap tersebut dihirup – sebuah proses yang disebut dengan ”hufffing”. Zat tersebut juga dapat diletakkan dalam sebuah kantong plastik atau kertas dan gas di dalam kantong pun dihirup – sebuah prosedur yang disebut dengan ”bagging.” Zat-zat tersebut juga dapat dihirup secara langsung dari wadah atau semprotan aerosol dalam mulut atau hidung. Terdapat laporan-laporan dari orang-orang secara individual yang memanaskan senyawa-senyawa ini untuk memercepat penguapan. Inhalant tersebut mencapai paru, aliran darah, dan lokasi-lokasi target dengan sangat cepat.
Bagian ini mengandung pembahasan spesifik pada Gangguan Terkait Inhalant. Teks-teks dan susunan-susunan kriteria telah disediakan untuk aspek-aspek generik dari Ketergantungan Zat (hal. 192) dan Penyalahgunaan Zat (hal. 198) yang berlaku untuk semua zat. Penerapan dari kriteria umum ini pada Ketergantungan Inhalant dan Penyalahgunaannya pun disediakan di bawah. Namun, tidak terdapat susunan kriteria unik untuk Ketergantungan Inhalant dan Penyalahgunaan Inhalant. Teks spesifik dan susunan kriteria untuk Intoksikasi Inhalant juga disediakan dibawah. Toleransi pun dilaporkan diantara orang-orang yang melakukan pemakaian berat. Meskipun gejala-gejala mirip-penarikan-diri telah tampak pada binatang setelah paparan berulang pada trichloroethane, belumlah ditetapkan bahwa sindrom penarikan-diri yang secara klinik bermakna terjadi pada manusia. Gangguan Dipicu Inhalant (selain Intoksikasi Inhalant) dideskripsikan dalam bagian-bagian dari panduan ini dengan gangguan-gangguan yang memiliki fenomenologi yang sama (yaitu Gangguan Suasana-hati Dipicu Inhalant pun dicantumkan dalam seksi / bagian ”Gangguan Suasana-hati”).

Gangguan Pemakaian Inhalant / Inhalant Use Disorders
304.60 Ketergantungan Inhalant
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Ketergantungan Zat (lihat hal. 192). Beberapa dari kriteria Ketergantungan generik tidak berlaku untuk inhalant, sedangkan yang lainnya membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Toleransi pada efek-efek dari inhalant telah dilaporkan diantara orang-orang pemakai berat, meskipun prevalensinya dan signifikansi klinisnya tidak diketahui. Sebuah sindrom ringan yang mungkin terjadi telah dilaporkan tapi tidak terdokumentasi dengan baik dan tidak tampak signifikan secara klinis. Sehingga, Ketergantungan Inhalant tidak mencakup karakteristik sindrom penarikan-diri juga tidak ada bukti pemakaian inhalant untuk meredakan atau menghindari gejala-gejala penarikan-diri. Namun, inhalant dapat dipakai pada periode yang cukup panjang atau dalam jumlah besar daripada tujuan sebenarnya, dan orang-orang yang menggunakannya mungkin akan mendapatkan kesulitan untuk menguranginya atau mengatur pemakaian inhalant. Karena inhalant cukup mahal, legal dan tersedia dimana-mana, menghabiskan waktu yang lama untuk mendapatkan inhalant akan menjadi sangat jarang terjadi. Namun, sejumlah waktu yang substansial dapat dihabiskan untuk menggunakannya dan pemulihan dari efek-efek pemakaian inhalant. Pengulangan pemakaian inhalant dapat menyebabkan seseorang melepaskan atau mengurangi aktivitas-aktivitas sosial, pekerjaan atau rekreasional, dan pemakaian zat dapat terus berlangsung meskipun orang tersebut mengetahui permasalahan-permasalahan fisiknya (yaitu penyakit liver atau kerusakan sistem syarat periferal dan pusat) atau permasalahan-permasalahan fisiologikal (yaitu, depresi parah) yang disebabkan oleh pemakaiannya.
305.90 Penyalahgunaan Inhalant
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Penyalahgunaan Zat (lihat hal. 198). Orang-orang yang menyalahgunakan inhalant dapat memakainya dalam keadaan-keadaan yang berbahaya (yaitu, mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin ketika pertimbangan dan koordinasi terganggu oleh Intoksikasi Inhalant). Para pemakai juga dapat menjadi teragitasi dan bahkan bertindak pasar selama intoksikasi, dengan berakibat pada permasalahan interpersonal dan legal. Pengulangan asupan inhalant dapat dikaitkan dengan konflik keluarga dan permasalahan di sekolah (yaitu bolos sekolah, nilai buruk, putus sekolah) atau kesulitan-kesulitan di tempat kerja.

Gangguan Dipicu-Inhalant
292.89 Intoksikasi Inhalant
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Intoksikasi Zat (lihat hal. 199). Ciri penting dari Intoksikasi Inhalant adalah hadirnya perilaku menyimpang yang secara klinis signifikan atau perubahan-perubahan fisiologikal (misal, kebigungan, bermusuhan, kekerasan, apati, pertimbangan yang tidak tepat, fungsi pekerjaan dan sosial yang terganggu) yang terjadi selama, atau sesaat setelah, pemakaian secara sengaja, atau pemakaian singkat, paparan dosis tinggi pada, inhalant-inhalant volatil (Kriteria A dan B). Perubahan yang menyimpang pun disertai dengan tanda-tanda yang termasuk pusing atau gangguan pandangan (pandangan kabur atau diplopia), nystagmus, inkoordinasi, bicara tak karuan, jalan sempoyongan, tremor, dan euforia. Dosis tinggi inhalant dapat mengarah pada pembentukan retardasi psikomotor dan letargi, kelemahan otot yang digeneralisasi, refleks-refleks yang tertekan, stupor/pingsan, atau koma (Kriteria C). Gangguan ini tidak boleh dikarenakan kondisi medis umum dan bukanlah gangguan mental lainnya (Kriteria D).




Gangguan Pemakaian Nikotin
305.1 Ketergantungan Nikotin
Ketergantungan Nikotin dan Penarikan-dirinya dapat terjadi dengan segala macam bentuk tembakau (rokok, tembakau kunyah, sedot, pipa dan cerutu) dan dengan resep pengobatan (permen karet nikotin dan tambalan). Kemampuan relatif dari produk-produk ini untuk menyebabkan Ketergantungan atau memicu Withdrawal / Penarikan-diri terkait dengan kecepatan karakteristik dari jalannya pemberian (dirokok pada orang pada transdermal) dan kandungan nikotin dari produk tersebut.
Bagian ini mengandung pembahasan-pembahasan spesifik pada Gangguan-gangguan Terkait Nikotin. Teks-teks dan susunan kriteria telah disediakan untuk menjelaskan aspek-aspek generik dari Ketergantungan Zat (hal. 192) yang berlaku pada semua zat. Penerapan dari kriteria umum ini pada Ketergantungan Nikotin disajikan di bawah. Mencerminkan kekurangan dari data yang secara klinis relevan, intoksikasi nikotin dan penyalahgunaan nikotin tidak dicantumkan dalam DSM-IV. Teks dan kriteria spesifik untuk Penarikan-diri Nikotin juga disediakan di bawah. Berikut ini adalah Gangguan-gangguan Terkait Nikotin.
    • Gangguan Pemakaian Nikotin : 305.1 Ketergantungan Nikotin (lihat hal. 264).
    • Gangguan Dipicu Nikotin : Penarikan-diri Nikotin (lihat hal. 265).
    • Gangguan Terkait Nikotin yang Tidak Ditentukan Sebaliknya (lihat hal. 269).

Gangguan Pemakaian Nikotin
305.1 Ketergantungan Nikotin
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Ketergantungan Zat (lihat hal. 192). Beberapa dari kriteria Ketergantungan generik tampaknya tidak berlaku pada nikotin, sedangkan yang lainnya butuh penjelasan lebih lanjut. Toleransi pada nikotin dimanifestasikan oleh efek yang jauh lebih intens dari nikotin pertama kalinya digunakan pada hari tersebut dan tidak adanya mual dan pusing dengan pengulangan asupan, meskipun pemakaian reguler dari jumlah substansial nikotin. Penghentian pemakaian nikotin menyebabkan sindrom penarikan-diri yang cukup jelas yang dijelaskan di bawah. Banyak orang yang menggunakan nikotin memakai nikotin untuk melegakan atau untuk menghindari gejala-gejala penarikan-diri ketika mereka terbangun di pagi hari atau setelah berada dalam situasi dimana pemakaiannya terbatas (misal, saat kerja atau di dalam pesawat udara). Orang-orang yang merokok dan orang lain yang menggunakan nikotin kemungkinan besar mendapati pemakaian mereka pada pasokan rokok mereka atau produk-produk lain yang mengandung nikotin jauh lebih cepat daripada yang ditujukan pada awalnya. Meskipun lebih dari 80% dari orang-orang yang merokok menunjukkan keinginan untuk berhenti merokok dan 35% berusaha untuk berhenti tiap tahunnya, kurang dari 5% yang berhasil berhenti merokok tanpa bantuan. Menghabiskan waktu dalam menggunakan zat ini paling dicontohkan dengan bagus adalah perokok berat. Karena suber nikotin tersedia dimana-mana dan dapat dibeli secara legal, menghabiskan banyak waktu untuk membeli nikotin jarang sekali terjadi. Melepaskan pentingnya aktivitas sosial, pekerjaan dan rekreasional dapat terjadi ketika orang tersebut menjalani aktivitas yang terjadi di dalam area-area bebas rokok. Pemakaian terus menerus meskipun memiliki pengetahuan tentang permasalahan medis terkait dengan merokok adalah permasalahan kesehatan yang secara khusus penting (misal, orang yang terus merokok meskipun mengalami kondisi medis umum yang dipicu oleh tembakau seperti bronkitis atau penyakit paru obstruktif kronik).

Gangguan Dipicu Nikotin
292.0 Penarikan-diri Nikotin
Mengacu pada, sebagai tambahan, teks dan kriteria untuk Penarikan-diri Zat (lihat hal. 201). Ciri penting dari Penarikan-diri Nikotin adalah hadirnya karakteristik gejala penarikan-diri yang terbentuk setelah penghentian mendadak dari, atau pengurangan dalam, pemakaian produk yang mengandung nikotin setelah periode terus-menerus (setidaknya beberapa minggu) dari pemakaian sehari-hari (Kriteria A dan B). Sindrom penarikan-diri mencakup empat atau lebih hal berikut: dysphoric atau suasana hati depresi; insomnia; iritabilitas / tersinggung, frustasi, atau marah; anxietas; kesulitan berkonsentrasi; gelisah atau tidak sabar; penurunan rata-rata denyut jantung; dan peningkatan sele makan atau penambahan berat badan. Gejala-gejala penarikan-diri menyebabkan distress/ kesedihan yang secara klinis signifikan atau terganggunya area-area fungsi sosial, pekerjaan atau area penting lainnya (Kriteria C). Gejala-gejalanya tidak boleh dikarenakan kondisi medikal umum dan bukanlah gangguan mental lainnya (Kriteria D).

No comments:

Post a Comment